Bagian satu

142 18 4
                                    

GUBRAKK

"Awww, kotak sampah sialan" Zee meringis memegangi pantatnya yang sukses mencium ubin lantai laboratorium TKJ

"Woy ayo buruan nanti ketauan!" Bagas yang sudah lari sampai ke ujung koridor menengok kearah Zee yang masih terduduk dekat kotak sampah.

"Sabar ih Gas, sakit ini!" Zee balik ngegas, Bagas belum tau rasanya pantat sukses ciuman dengan ubin lantai.

Dilorong kelas duabelas yang jaraknya sembilan kelas dari laboratorium TKJ Arya, ketua penegak disiplin berdiri dengan mata menyipit menatap dua orang yang berusaha kabur dari hukuman telat. "Woy berenti kalian!!!!"

"Mampus" Bagas langsung ngacir duluan begitu mendengar suara Arya, meninggalkan Zee yang masih terduduk di lantai.

"Bagas tunggu!!!!" Zee, dengan pantat yang masih nyeri bangkit dan lari sekuat yang dia bisa mengejar Bagas. Sementara Arya tergopoh gopoh mengejar mereka berdua, jarak antara mereka tinggal enam kelas lagi. Mengingat kemampuan lari nya yang payah Zee berusaha menambah kekuatan larinya meski masih meringis karena pantatnya masih terasa nyeri.

Zee berlari membuntuti Bagas yang sudah jauh berada di depannya. Dari lab TKJ mereka berbelok menuju gudang Farmasi yang letaknya persis dibawah kelas Bagas. Disana ada tangga darurat yang bisa digunakan sewaktu waktu jika ada kebakaran atau gempa bumi. Mereka menaiki tangga tersebut dengan pelan pelan mengingat tangga itu belum selesai dibangun, jadi belum ada pegangan di sisi tangga. Beruntungnya orang orang yang bekerja membangun tangga baru akan datang jam delapan pagi.

"Gas tungguin dong ini susah naiknya" Zee menaiki tangga dengan merangkak, dia phobia ketinggian, beda dengan Bagas yang menaiki tangga dengan santai seolah ini sering dia lakukan.

"Ck lama banget kayak siput, buruan keburu ada guru jam pertama yang masuk"

"Ya sabar, takut gue, kalo jatoh gimana coba"

"Ya kalo jatoh paling patah tulang, gak sampe mati gak, jangan lebay"
Bagas menjawab enteng.

Zee melotot tajam kearah Bagas, ini anak kalo ngomong suka gak pake rahang emang. Dia kembali meniti tangga satu persatu dengan kaki gemetar, mungkin kalau ini tangga depan gak masalah, karena ada pegangannya. Dan dengan segenap kehati hatian akhirnya dia sampai di ujung tangga paling atas. Saat Zee sampai diujung tangga, Bagas dengan gayanya yang songong sudah asyik bersandar di dinding samping kelasnya sambil ngemut permen hot hot ball yang dia curi dari tas Zee.

"Bentar deh Gas, ini koridor atas yang udah dilepas papannya baru bagian kelas elo kan?" Zee seperti menyadari ada yang salah.

"Emang" Bagas menjawab singkat. Tangannya membuka jendela kelas yang memang tidak pernah di kunci "buruan naik dan jangan banyak protes"

Zee menuruti apa yang dikatakan Bagas, dia bisa menaiki jendela dengan mudah, sudah terlatih soalnya dengan jendela dirumah yang bahkan ada teralis besinya.
Bagas menyusul Zee yang sudah berada di dalam kelas.

"Bagas? Lo telat limabelas menit gila!!" Arumi seperti nya yang baru menyadari kehadiran dua orang ini dari sekian banyak siswa dikelas ini.
"Loh Teh Aya Telat juga?" Arumi mengalihkan pandangannya ke arah Zee.

"Berapa kali si gue bilang sama elo Mi? Jangan panggil gue begitu disekolah" Zee sewot sendiri jika ada yang memanggil dia begitu di sekolah.

"Yaudah maaf deh Teh, eh kak" lagi lagi Arumi keceplosan menyebut kata Teteh.

"Gas, ini trus gimana caranya gue kekelas?"

"Ya lewat pintu depan lah aneh, masa lo mau pake lingkaran penembus dindingnya doraemon"
Lagi lagi Bagas menjawab seenak jidatnya sendiri.

Bubble Gum Zendaya [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang