Bagian Tujuhbelas

24 4 0
                                    

"Jadi serius udah putus?!!"  Gita menggebrak meja Zee. Membuat beberapa siswa di kelas menoleh padanya. Tapi sedetik kemudian melengos tak peduli. Gita memang suka bikin kehebohan nggak jelas soalnya.

"Iya, kemaren dia cerita sama gue," jawab Zee cuek.

"Wah...wah...wah, ini berita besar. JEPRI!!" Gita berteriak lagi.

Jefri yang sedang sibuk main judi eh salah, main kartu maksutnya. Bersama teman-temannya menoleh sekilas pada Gita, kemudian kembali fokus main kartu.

Nggak peduli.

"Woy Jep, ada berita penting ini!" Gita beringsut duduk di samping Jefri dan menjawil telinga Jefri yang masih fokus main kartu. "Jep, lo denger nggak sih?"

Jefri akhirnya menoleh kesal pada Gita. "Apaan sih Git, lagi main nih gue. Nggak usah ganggu, tar gue kalah lagi." Jefri memperlihatkan wajahnya yang cemong penuh dengan bedak. Hasil dari kekalahannya bermain kartu.

"Lo harus denger baik-baik Jep."

"Hem."

"Alisha sama Irham udah putus." Gita mengatakannya dengan nada suara seperti presenter Silet.

Kelas seketika hening. Aktivitas mereka langsung terhenti.

Gita nggak bercanda kan? Ketua Osis Taruna yang bucin abis itu udah putus?

"Boong aja lhaa." Jefri menyahut tidak percaya.

Siswa lain sontak menyoraki Gita. Termakan omongan Jefri yang bahkan tak di pikir lebih dulu.

"Huuuuu."

"Gita boong..."

"Ih mana ada gue boong. Tanya aja Zee kalo nggak percaya."

Jefri dengan malas memutar tubuhnya menghadap Zee untuk bertanya kebenaran berita itu. Pasalnya yang dikatakan Gita itu hampir mustahil.
"Bener Zee yang di omong Gita?"

Zee hanya mengaguk malas sebagai jawaban.

Reaksi yang ditunjukan Jefri atas jawaban Zee adalah melotot lebar. Bersyukur matanya buatan Tuhan bukan buatan Cina, jika iya mungkin sudah keluar dan menggelinding bola matanya.
"Serius Zee?!"

"Iya, etdah nanya mulu." Zee masih sama malasnya merespon ucapan Jefri.

Mata Jefri seketika berbinar terang, terlihat begitu senang dengan kabar yang sebenarnya menurut Zee biasa aja.

"Akhirnya Gita!!!!! Penantian dan doa-doa kita di ijabah sama Allah!"

Jefri mengadahkan tangannya hiperbolis dan pura-pura mengusap matanya. Seolah ada airmata disana. Padahal enggak ada apa-apa. Gita menepuk punggung Jefri dengan dramatis, dan ikut berpura-pura mengusap matanya. Seperti adegan sinetron yang sering di tonton Bunda Zee waktu sore hari versi lebih lebay.

"Git lo harus beli Ultramilk Taro buat ngerayain ini!"

Gita menggeleng. "Nggak usah. Gue punya banyak di laci."

Gita berlari mengambil Ultramilk Taro dari laci mejanya. Gadis itu begitu tergila-gila dengan Ultramilk Taro sejak produk itu pertama kali di luncurkan. Hal yang kemudian malah menular pada Jefri, bukan Zee teman sebangkunya. Setiap mereka merasa senang pasti cheers  Ultramilk Taro. Entah apa yang melatar belakangi hal yang mereka lakukan itu.

Jefri menusukkan sedotan pada Ultramilk Taro yang diberikan Gita. Lantas berjoget heboh seperti orang kesurupan. Gerakan yang diikuti Gita dengan semangat dan direkam oleh Lintang dan teman-temannya yang tertawa ngakak di pojok kelas. Zee hanya menatap mereka berdua sambil tersenyum geli. Apalagi saat Jefri menyanyikan lagu Champion milik band lawas Queen dengan menggunakan sapu lantai sebagai microfon. Sementara Gita menjadikan sapu lidi sebagai gitar untuk mengiringi Jefri.

Bubble Gum Zendaya [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang