9. Kesepakatan

1.6K 269 60
                                    

Up...

Sepasang kelopak mata itu perlahan terbuka. Pedar-pedar cahaya masuk melalui sela netra yang kini masih menyipit.

Wonjin memfokuskan penglihatannya, menyesuaikannya dengan cahaya dan hal pertama yang ia lihat adalah sebuah gelas berisi air mineral yang diletakan di atas nakas yang terasa asing baginya.

Wonjin mengerjap untuk beberapa saat. Merangkai memori yang masih berserakan seperti kumpulan puzzle.

Ah, ia ingat!

Ia berada di toilet sekarang.

Toilet? Nanti dulu, ia rasa toilet di sekolahnya tidak berbentuk seperti ini.

Ia membuka matanya lebih lebar lagi lalu menganti posisi tidurnya dari menyamping menjadi terlentang. Ia menatap diam langit-langit kamar berwarna putih di atasnya.

Wonjin memejamkan matanya rapat-rapat. Berusaha dengan keras mengingat apa yang terjadi padanya selama berjam-jam ke belakang.

Ia masuk toilet setelah pulang sekolah, kemudian ia menuntaskan hajat, lalu ia terkunci, dan ia takut setengah mati.

Dan..

Dan...

Ia mendengar pintu toilet didobrak dari luar oleh seseorang, kemudian orang itu menariknya berdiri dan membawanya ke parkiran, lalu ia dibawa ke suatu bangunan.

Wonjin memejamkan netranya lagi, lebih berusaha untuk mengingat. Lagaknya sekarang seperti seseorang yang baru saja terkena amnesia.

Coklat panas. Selimut. Dan... Dan... Dan...

Dan ciuman?!

Nanti dulu, CIUMAN?! Wonjin mengingat orang itu lebih keras lagi. Mulutnya terbuka seperti siap untuk memasukan buaya ke dalamnya.

Dengan Min...

Wonjin menoleh dan menatap horror seorang pemuda yang tengah mendengkur halus di sampingnya. DENGAN MINKYU?!

Hell!!!

Wonjin kembali memandang langit-langit kamar Minkyu dengan jiwa yang seolah sudah tak tinggal lagi di raganya. Ia terlihat linglung dengan mulut setengah terbuka dan napas yang ditarik dan dikeluarkan secara tidak beraturan.

Ia berciuman dengan Minkyu?

Wonjin? Kisseu, kisseu dengan Minkyu?!

Tak sadar, Wonjin meraba bibirnya dengan jari-jari. Bibirnya. Bibirnya sudah tidak perawan lagi.

Wonjin menggeleng, mengusir apapun yang ada di benaknya sekarang. Entah kenapa, Wonjin merasa sedikit bodoh ketika secara refleks ia membuka selimut yang melingkupi tubuhnya dan memindai dari atas sampai bawah seolah netranya bergerak sendiri tanpa otaknya perintah.

Tapi aman kok, seragamnya saja masih tersemat lengkap di badannya. Berarti tidak terjadi apa-apa.

Padahal ia berharap telah terjadi apa-apa (eh?)

*Wonjin bilaik: Serius bukan pikiran gue yang ngomong. Itu pikiran authornya yang mesum. Percaya kan kalian? Percaya kan? Percaya nggak?!

Mengelengkan lagi kepalanya dengan lebih brutal dari sebelumnya --merasa tidak sanggup menerima keadaan--, Wonjin sampai tak tahu kalau laki-laki di sampingnya sudah terbangun dan sedang memandang aneh dirinya sekarang.

Minkyu mengeliat lalu menyentuh lengan Wonjin pelan. Menyadarkan pemuda manis itu kalau-kalau ia sedang kesurupan. "Jin,"

Wonjin hampir saja meloncat dari kasur itu jika sum-sum tulang belakangnya tak bisa ia kendalikan. Ia memegang dadanya seolah tak membiarkan jantung di dalam sana keluar dari tempatnya.

Love - Hate (Minkyu X Wonjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang