Wonjin keluar dari mobilnya begitu kendaraan roda empat itu telah terparkir sempurna di dekat kendaraan lain yang pagi ini sudah hampir memenuhi seluruh area parkiran. Ia selempangkan ranselnya di bahu lalu menutup pintu samping kemudi. Diliriknya sekilas seseorang yang juga baru keluar dari pintu penumpang.
"Hampir telat kita," ucapnya yang langsung membuat pemuda lain di seberangnya meringis.
"Sori. Gara-gara gue telat bangun kita jadi berangkat agak siangan,"
Wonjin tertawa kecil. "Santai, lo juga telat bangun karena ngerjain tugas sampai malam kan?"
Pemuda yang kini mulai berjalan di sampingnya itu hanya mengangguk dengan muka yang menggemaskan. Membuat Wonjin tak tahan untuk tak menoel hidungnya dan menarik pipinya hingga sang empunya mengerang kesakitan.
Pemuda itu segera saja menepis kedua tangan yang hinggap di pipinya. "Sumpah ya, nggak usah narik-narik pipi gue. Jadi bakpau nih lama-lama,"
"Jadi bakpau juga banyak yang masih suka kok,"
"Hilih," cibirnya yang hanya Wonjin balas dengan kekehan singkat.
Wonjin kemudian menunduk dan tersenyum kecil ketika segerombolan adik kelas menyapanya di sepanjang koridor. Ia lalu tersenyum lagi ketika tatapannya beralih pada beberapa orang yang melambai padanya di halaman depan koridor. Mereka sepertinya sedang asik bermain bola bersama sembari menunggu bel masuk. Ia juga membalas dengan ramah sapaan dan pertanyaan kakak kelas yang tengah duduk-duduk santai di depan kelas mereka.
Tampak sekali kalo ia sudah dikenali banyak orang. Iya sih, tak heran juga, Wonjin kan waketos, tidak ada yang tidak mengenalinya. Apalagi sifat ramah dan sopan yang seolah mendarah daging di tubuhnya membuatnya mudah disukai banyak orang.
Pemuda di sebelahnya juga sesekali berbalas sapa dengan orang-orang yang menyapanya. Tapi itu hanya sesekali, karena seringnya ia hanya terfokus pada benda pipih di tangannya, sedang asik main game.
"Jin!" Sebuah seruan menganggetkan kedua pemuda itu ketika dari arah belakang seseorang memanggilnya dengan cukup keras.
"Apa Jun?" Tanya Wonjin ketika orang yang memanggil itu sampai di hadapannya.
"Rapat OSIS pulang sekolah jangan lupa!"
"Lho, bukannya sekarang nggak ada rapat?" Tanya Wonjin dengan bingung. Di buku agendanya hari ini, tidak ada rapat OSIS tertulis di sana.
Cha Junho berdecak. "Iya. Dadakan banget emang ini. Baru juga mau gue umumin di grup,"
"Oh,"
Junho memandang Wonjin dengan tatapan mengintimidasi. "Dateng lo! Waketos nggak boleh nggak dateng. Kita bahas hal penting siang ini!"
"Iya gue dateng tenang aja,"
"Beneran ya? Awas lo!" Ancamnya yang langsung membuat Wonjin mendengus dengan keras.
"Iya-iya, kapan sih emang gue nggak dateng pas ada rapat? Gue kan orangnya bertanggung jawab, selalu menepati janji, on-time, dan rajin beribadah. Lo emang nggak tahu?"
Junho hanya menghela napas lalu bergumam semerdekanya lo aja lah Jin dengan tampang bosan.
"Udah ya Waketos, gue balik ke kelas dulu,"
"Oke Ketos, gue juga mau ke kelas. Bel masuk udah mau bunyi tuh. Ayo Jun," tutur Wonjin yang langsung membuat orang di sebelahnya melanjutkan langkah yang sempat terjeda.
Ketika sudah sampai di pintu bertuliskan XI MIA 1, keduanya otomatis berhenti. Wonjin berbalik untuk menatap Hyunjun yang saat itu tengah menatapnya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love - Hate (Minkyu X Wonjin)
أدب الهواةWARNING!! [BXB] ▪▪▪▪▪▪ Hidup Ham Wonjin sudah sangat sempurna. Jadi waketos yang dihormati banyak orang, wakil ketua basket yang punya banyak teman, pemilik rangking 3 pararel dan sering dipercaya sekolah mengikuti olimpiade, sampai jadi kesayangan...