Buk! buk! buk!Mia memukul pintu rumah Paul dengan keras.
"Paul!!" Mia berteriak.
Mia tidak berhenti memukul pintu rumah Paul. Paul dan Alex dengan cepat berdiri di balik pintu.
"Itu nona Mia pangeran."
"Arrgghh...!! Ada apa lagi dengannya? Bisa-bisa aku gila."
Paul membuka pintu rumahnya.
"Apa?! Apa kamu tidak tahu ini sudah lewat tengah malam?!" sahut Paul setengah berteriak.
Mia hanya diam. Nafasnya tidak beraturan. Melihat wajah Mia yang pucat, amarah Paul langsung mereda.
"Mia? Kamu... Baik-baik saja?"
"Kumohon... Tolong... Jelaskan.."
"Jelaskan? Tentang apa?"
"Jelaskan... Jelaskan..."
Mia terduduk lemas. Paul dan Alex terkejut. Mereka membantu Mia berdiri dan masuk ke dalam rumah Paul. Paul mendudukkan Mia di atas sofa di depan perapian. Mia masih sadar, tapi tubuhnya lemas.
"Alex, bawakan air minum."
"Baik pangeran."
Alex segera pergi ke dapur. Paul mengambil kain untuk membersihkan keringat dari wajah dan leher Mia.
"Mia, apa kamu mendengarku?" tanya Paul lembut. Mia mengangguk pelan. Tak lama Alex kembali membawa segelas air putih. Paul meminumkan air itu pada Mia dan segera duduk di sebelah Mia dan menatapnya lembut.
"Apa yang terjadi padamu? Apa ada masalah?"
Mia masih diam. Matanya tertuju pada perapian di hadapannya.
"Mia?" Paul masih memanggil Mia tapi Mia tetap diam. "Baiklah, istirahat saja dulu."
Paul bangkit dari duduknya.
"Apa itu darah Demenge?" kata Mia akhirnya. Tapi tatapannya masih tertuju pada perapian.
"Apa katamu?" Paul meyakinkan dia salah dengar.
"Demege. Jelaskan padaku." Mia menatap tajam Paul. Paul menatap Alex yang juga cukup terkejut. Paul duduk kembali dan menatap Mia.
"Dari mana kamu tahu tentang itu?" tanya Paul.
"Katakan padaku. Apa itu darah Demenge?"
"Jawab pertanyaanku dulu, dari mana kamu mengetahui hal itu."
"Aku yang bertanya lebih dulu Paul!" pekik Mia.
"Baiklah, baiklah. Tenang." Paul terkejut melihat Mia yang histeris. Mia kembali menatap perapian. "Darah Demenge adalah darah langka. Darah yang jika di minum, akan membuat, siapapun yang meminumnya, menjadi sangat kuat dan tidak terkalahkan."
"Siapapun? Maksudmu tidak hanya vampir?"
"Iya Mia, tidak hanya vampir."
"Dan aku memiliki darah itu?"
Paul terdiam sejenak, lalu dia mengangguk. "Iya, kamu adalah pemilik darah itu."
Mia memejamkan matanya.
"Bagaimana bisa aku memiliki darah itu? Apa ibu atau ayahku memilikinya juga?"
"Itu... Hanya ayah dan ibumu yang bisa menjawab. Yang aku tahu kamu adalah keturunan Eva Wrighton. Dia juga pemilik darah itu."
Mia terdiam. Entah kenapa dia merasa pernah mendengar nama itu.
"Ayahku, mengetahui Eva memiliki darah itu dan ayahku meminum darahnya dan juga memberikan pada pasukan terkuatnya. Bahkan anak-anaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenage witchy
FantasiaKalian pernah menjadi remaja? Apa hal terbaik dan terburukmu menjadi remaja? Sahabat? Pacar? Well introduce me... My name is Amelia Collins Umurku tujuh belas tahun, aku bisa di kategorikan cantik, bermata biru dan rambut lurus pirang dan panjang...