Chapter 11

566 59 3
                                    

Mia duduk diam di ruang tamu. Dia benar-benar ketakutan tadi. Menghadapi dua orang pangeran kerajaan vampir sekaligus membuatnya hampir pingsan seketika.

"Mia?" panggil ibunya. Mia hanya diam, tidak menyahut atau menoleh. Ibunya semakin bingung. Ibu Mia mendekat dan menggoyangkan pelan tubuh Mia. "Mia sayang, kamu baik-baik saja?"

"Tidak bu." sahut Mia pelan. Mia segera tersadar dengan ucapannya. "Baik bu. Mia baik-baik saja."

Mia mencoba tersenyum, mengubah ekspresinya. Dia tidak ingin ibunya khawatir terlebih dengan adanya dua vampir kerajaan sekarang. Jika ibunya tahu, ibunya akan panik dan dengan segera menyuruhnya untuk pergi ke Disprea. Mia sangat tidak ingin pergi.

"Kamu baik atau tidak?" ibunya mencoba memastikan.

"Mia baik-baik saja bu. Jangan khawatir. Mia hanya lelah dengan tugas yang menumpuk di sekolah."

"Kau yakin?"

"Yakin bu. Ahh iya! Bagaimana dengan Kenny, Jenny dan Hayden?"

"Mereka akan segera di atasi. Ayahmu sedang pergi ke Disprea dan menemui pamanmu."

"Ibu tidak ikut?"

Ibu Mia menggeleng. "Tidak. Harus ada yang disini menjagamu. Ibu dan ayah sepakat, ibu yang akan tinggal."

Mia mengangguk. "Mereka... Akan baik-baik saja kan?"

"Tentu sayang. Ibu yakin, para Elder tua sudah mengetahuinya sekarang. Mereka akan segera melakukan sesuatu. Dan kamu nona muda, kamu juga harus melakukan sesuatu."

"Mia?"

"Iya, kamu. Ganti bajumu, cuci kaki dan wajahmu lalu turun untuk makan."

Mia cemberut. "Mia bukan anak kecil lagi bu."

"Benarkah?" ibu Mia melipat tangannya di depan dada.

"Tentu saja. Mia sudah tujuh belas tahun!"

"Tapi bagi ibu, kamu masih anak kecil. Sudah sana! Ganti bajumu!"

"Iya, iya.." dengan masih cemberut Mia pergi menuju kamarnya. Ibunya tersenyum geli.

*****

"Aaahhh.... Ini darah yang enak. Dari mana kamu mendapatkannya?" Henry duduk santai di depan perapian di rumah Paul dengan segelas penuh darah ditangannya.

"Rumah sakit terdekat pangeran." jawab Alex.

"Benarkah? Ini mengejutkan. Meski darah ini dari kantong, tapi rasanya cukup enak. Apa semua kantong darah dirumah sakit disini seperti ini darahnya?"

"Darahnya sama seperti di rumah sakit di kota lain pangeran. Hanya saja saya mengambil darah yang baru saja di ambil dari manusia."

"Ahhh... Pantas. Kau memang cerdas Alex. Sedari dulu."

"Terima kasih pangeran." Alex membungkuk hormat.

"Ada urusan apa kemari Brother?" tanya Paul yang baru saja datang.

"Mengunjungimu tentu. Aku hanya ingin melihat adik kecilku."

"Hei, hei.. Aku bukan adik kecil. Masih ada Reyka, si bungsu."

"Benar. Tapi Reyka wanita. Dan kamu anak laki-laki paling kecil di keluarga kita. Ada Eduardo, aku lalu kamu Paul. Dan tentu saja Reyka. Lihatlah, kamu anak laki-laki paling kecil."

Paul mendengus kesal. "Akkhh... Baiklah, terserah kau saja."

"Dan rupanya adikku ini... Telah dewasa."

"Apa-apaan itu?! Tadi adik laki-laki paling kecil sekarang dewasa?! Tentu saja aku sudah dewasa! Umurku hampir tiga ribu tahun. Yang benar saja."

Henry tertawa geli.

Teenage witchyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang