Maaf ya klo masih ada typo
Happy reading....
My POV
Mia mencium pipi ayah nya lalu turun dari mobil. Mia berjalan masuk ke dalan sekolah. Mia dari kejauhan melihat Nick, pacarnya sedang berbicara pada satu teman bermain baseball di depan loker.
Mia mendatangi Nick lalu memeluknya. Nick yang terkejut langsung berbalik.
"Hai baby... Kau mengejutkanku." kata Nick. Mia tersenyum manja.
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Mia.
"Just Baseball stuff, you know." kata Nick.
"Yeah, i know, i know." Mia memutar bola matanya. "Boys."
Nick dan Marcus temannya tertawa. Tiba-tiba mata Mia tertuju pada satu orang yang sedang berjalan. Paul. Si vampir bangsawan.
'Oh tidak, itu dia.' sahut Mia dalam hati.
Mia memalingkan wajahnya, berpura-pura tidak melihatnya. Tiba-tiba bulu kuduknya merinding. Paul lewat di samping Mia sambil menoleh padanya. Entah kenapa wajah Mia langsung menoleh ke Paul. Mia melihat Paul tersenyum, tipis, tapi itu terlihat oleh Mia. Mia langsung memeluk Nick lebih erat.
"Baby, kamu baik-baik saja?" tanya Nick yang kaget Mia tiba-tiba mengeraskan pelukkanya, membuatnya sedikit sesak. Mia tidak menjawab, hanya meletakkan wajahnya di dada Nick.
****
Istirahat, Mia menuju toilet perempuan bersama Erica. Erica terus bercerita tentang Paul yang begitu tampan. Seandainya kamu tahu siapa Paul itu, gumam Mia dalam hati.
Erica keluar toilet duluan sementara Mia masih mencuci tangannya. Mia keluar toilet tapi dengan cepat tangannya di tarik. Mia dengan secepat kilat sudah berada di belakang sekolah. Mia terkejut dengan kepindahannya yang tiba-tiba dan lebih terkejut karena sekarang Paul berdiri didepannya dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat. Paul menatap tajam Mia membuat bulu kuduknya merinding.
"Ka-kamu mau apa?" tanya Mia gugup. Mia berjalan mundur. Paul mengikutinya dengan terus maju mendekati Mia. Sampai akhirnya punggung Mia menabrak dinding.
"Kamu penyihir." kata Paul.
"L-lalu?" tanya Mia mencoba beranikan diri. Kata-kata ibunya yang mengatakan bahwa dia harus menjauhi vampir yang mempunyai tatto itu, terus mengiang dikepalanya.
"Aku ingin kau membantuku." kata Paul.
"Apa? Kenapa aku?"
"Karena kamu penyihir." kata Paul lagi.
"Tidak, tidak, kamu salah. Aku memang penyihir tapi aku tidak pernah menggunakan sihirku." kata Mia.
"Apa? Seorang penyihir tapi tidak melakukan sihir? Kamu pikir aku bodoh?"
"Itu benar. Aku tidak suka melakukan sihir." kata Mia. Paul menatanyapnya dengan heran.
"Aku tidak perduli. Kamu penyihir dan kamu harus membantuku." kata Paul.
"Apa kau sudah gila? Bagaimana jika gagal?"
"Kalau begitu carilah teman penyihirmu." saran Paul.
"Aku tidak tahu siapa lagi penyihir disekolah ini." kata Mia.
"Jangan berbohong." sanggah Paul. Kedua tangannya kini berada di sisi kanan dan kiri kepala Mia. Paul mendekati wajahnya. "Aku tahu kamu berbohong."
"Apa maksudmu?"
"Dilihat dari ekspresimu melihatku, aku tahu kamu mengetahui siapa aku, siapa sebenarnya diriku. Kumpulkan semua penyihir itu atau aku perlu mengumpulkan mereka sendiri? Jika aku yang mengumpulkan mereka, aku tidak menjamin tidak akan ada yang terluka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenage witchy
FantasyKalian pernah menjadi remaja? Apa hal terbaik dan terburukmu menjadi remaja? Sahabat? Pacar? Well introduce me... My name is Amelia Collins Umurku tujuh belas tahun, aku bisa di kategorikan cantik, bermata biru dan rambut lurus pirang dan panjang...