Terdengar suara dari arah dapur. Mia berjalan menuju dapur."Waahh aku benar-benar tidak menyangka dengan kakak." sahut Mia saat sudah masuk ke dapur.
"Kenapa denganku?" James menoleh sejenak lalu kembali dengan pekerjaannya.
"Aku tidak tahu kakak bisa memasak."
"Aku sudah tinggal sendiri, mau tidak mau, aku harus bisa mengurus diriku sendiri."
"Ya, ya sudah dewasa. Aku mengerti."
"Adikku sayang.. Ini bukan tentang kedewasaan tapi tentang tanggung jawab. Meski kamu masih remaja, kamu tetap harus bisa bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan dan katakan." James meletakkan piring spagethi.
"Astaga... Sekarang kamu mirip dengan ibu."
"Jelas saja. Aku anaknya bukan anak tetangga." James duduk di kursinya. "Ayo makan."
"Aku harap rasanya sama seperti kelihatannya."
James hanya terkekeh geli.
Setelah makan malam mereka duduk di ruang keluarga di temani secangkir susu coklat manis yang hangat.
"Sekarang, ceritakan padaku. Semuanya. Tidak di lebihkan atau di kurangkan."
"Mia tidak tahu harus mulai dari mana."
"Dari awal saja. Aku siap mendengarkan."
"Vampir itu, menginginkan kami para remaja sihir untuk menggunakan sebuah mantra. Kami baru tahu itu adalah mantra yang kuat, saat kami baru saja akan menggunakannya. Awalnya kami menolak tapi dia vampir keluarga kerajaan, kami tidak bisa melawannya."
"Well.. yeah.. itu benar. Mereka kuat."
"Iya, ibu juga berkata seperti itu. Akhirnya kami melakukannya. Mantra itu."
"Apa berhasil?"
"Tentu. Teman-temanku tidak akan mengalami kutukan jika tidak berhasil."
"Ohh tidak Mia. Mereka akan tetap terkena kutukan jika mantra itu tidak berhasil. Kalian beruntung mantra itu berhasil. Setidaknya perjuangan kalian tidak sia-sia."
"Tapi... Kenapa jika tidak berhasil, mereka tetap terkena kutukan?"
"Yang membuat mereka terkena kutukan bukanlah mantranya, tapi bukunya. Tulisan mantra di buku itu masalah utamanya. Ada penambahan yang seharusnya tidak ada. Jika kalian membaca mantranya dari buku itu, maka berhasil tidak berhasil, kalian akan terkena kutukan."
"Yeah... Sayangnya aku tidak."
"Karena darah itu melindungimu. Demenge. Aku rasa kamu telah mengetahui hal itu."
"Tahu. Hanya saja, masih sulit di percaya. Apa sebenarnya darah Damenge itu?"
"Bukan aku yang bisa menjelaskannya."
"Kakak sama dengan ibu dan ayah. Selalu menyembunyikan sesuatu dariku."
"Maaf Mia, tapi ini untuk kebaikanmu."
"Apa yang sebenarnya untuk kebaikanku? Dengan menyembunyikan segalanya dariku? Lalu bagaimana aku bisa waspada pada apa yang akan datang padaku?"
"Mia..."
"Sudahlah. Kakak sama dengan ibu dan ayah. Aku juga tidak akan memaksa." mia beranjak dari duduknya.
"Itu darah iblis." kata James, berhasil menghentikan langkah Mia dan menoleh menatap James.
"Iblis? Jika semua berdarah iblis, maka semuanya akan sama sepertiku?"
"Tidak Mia. Tidak semua. Hanya jika darahmu mengandung darah dan kekuatan raja iblis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenage witchy
FantasyKalian pernah menjadi remaja? Apa hal terbaik dan terburukmu menjadi remaja? Sahabat? Pacar? Well introduce me... My name is Amelia Collins Umurku tujuh belas tahun, aku bisa di kategorikan cantik, bermata biru dan rambut lurus pirang dan panjang...