“Kak Wooseok, ayo cepetan! Tadi kata Bunda, Pyo nggak boleh main sampe malem. Kak Wooseok jalannya lama nih!”Wooseok hanya bisa pasrah ketika Dongpyo, adik bungsu Seungwoo menariknya dengan sedikit paksaan melewati sekumpulan orang yang berbondong-bondong keluar melalui pintu 8 di stasiun Myeongdong. Hari ini adalah hari ‘kencan’ Wooseok dengan Dongpyo. Niat awalnya sih cuma mau main ke rumahnya Seungwoo setelah sekian lama. Tapi karena tiba-tiba di sana Seungwoo dimintai tolong oleh ayahnya, Dongpyo menawarkan diri untuk mengajak Wooseok jalan-jalan.
Elaaaah, dasar Dongpyonya saja yang memanfaatkan keadaan. Aji mumpung!
“Pyo, sabar. Lagian Pyo mau ke mana sih?”
“Pyo mau beli masker-nya Lush, Kak. Itu lho, yang Mask of Magnaminty. Musim panas gini kulit Pyo jadi lebih berminyak ih. Mana suka muncul jerawat pula. Nggak lyke aku tuh. Nah kata Hyeongjun, masker yang ini bagus. Pyo pingin coba.”
“Tapi kenapa lewat sini? Kan lebih deket kalo kita keluar dari pintu 6.” Tanya Wooseok heran. Wooseok ini memang kalau urusan tempat belanja sudah khatam lah pokoknya. Jangankan Myeongdong, ditinggal di Thamcit juga survive dia.
“Kakak Wooseok kesayangan Mamas Seungwoo, belanja itu butuh energi yang nggak sedikit. Salah satu sumber energi itu kan dari glukosa. Nah, salah satu cara untuk mendapatkan glukosa adalah ini. Sulbing!”
Ieuuuuh, bilang saja minta ditraktir bingsoo, Pyo!
***
Wooseok menatap Dongpyo yang sedang menikmati Yoghurt Tong Tong Melon Sulbing-nya. Mata Dongpyo terlihat mengerjap lucu. Gemas sekali.
“Enak, Pyo?”
“Ewnakh bwanget, Kak!”
Pasti ya, Pyo. Yang kamu pesan kan bingsoo yang paling mahal.
Wooseok menatap Dongpyo lagi. Ia terkadang iri dengan keluarga Seungwoo. Mereka semua sangat ekspresif dalam menunjukkan perasaan mereka. Hati dan tingkah laku sejalan. Kalau suka ya bilang suka. Begitu pun sebaliknya. Sangat berbeda dengan Wooseok. Saat malu, Wooseok malah jadi galak. Saat marah, Wooseok malah menangis. Dan saat sedih, dadanya terasa sangat sesak, sakit sekali, namun sulit untuk mengeluarkan air mata. Lain Wooseok, lain adiknya, Junho. Junho malah cenderung datar dan tanpa ekspresi. Wooseok saja kadang tidak dapat membaca hati dan mood Junho. Untungnya, baik Wooseok dan Junho sama-sama tahu bahwa mereka saling menyayangi. Junho tak banyak bicara, tapi selalu ada untuknya. Salah satunya ketika Wooseok mengalami masalah dengan Dongpyo waktu ia mulai dekat dengan Seungwoo.
Wooseok itu secara fisik tidak lemah. Jangan salah. Dia memang tidak kuat dingin, tapi overall kondisi fisiknya bagus, kok. Kalau disuruh gendong Seungwoo juga dia kuat. Cuma nggak mau saja. Mending digendong soalnya. Yang rapuh dari Wooseok itu mentalnya. Jangan katain Wooseok cemen ya. Wooseok juga nggak ingin selemah itu. Apalagi hanya karena menghadapi anak kecil manja yang saat itu berusia 14 tahun dan masih duduk di kelas 8 macam Dongpyo. Wooseok tidak bisa bersikap masa bodoh ketika kata-kata pedas Dongpyo menyakiti hatinya.
“Emangnya Kak Wooseok yakin kalo Mas Seungwoo beneran suka sama Kakak? Mas Seungwoo tuh baru putus sama Kak Byungchan, Kak. Nggak mungkin lah langsung suka sama orang lain. Pyo yakin kalo Kakak Cuma pelariannya Mas Seungwoo. Kak Byungchan itu ya, udah orangnya baik, manis, lucu pula. Kak Byungchan juga udah deket sama aku, sama Ayah Bunda juga. Apalagi sama Kak Jeonghan. Teman baik banget mereka tuh. Atau jangan-jangan Kakak ya yang bikin mereka putus.”
Junho dan orang tua Wooseok sadar bahwa ada yang salah dengan Wooseok saat itu. Wooseok sering mengeluh sakit kepala. Nafsu makannya juga menurun. Sering menolak makan sampai gastritisnya kambuh. Tahu dong peribahasa yang mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat? Ketika kondisi jiwa kita sedang tidak stabil, sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi fisik kita juga. Imunitas tubuh bisa menurun. Makanya jadi rentan sama penyakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
About SeunSeok (Completed)
FanfictionThe Sweet Life of Mamas Seungwoo dan Yayang Wooseok