"Mas...""Hmm?"
"Mual..."
Seungwoo menghentikan elusan tangannya di kepala Wooseok dan memindahkannya ke perut. Ia sungguh cemas. Tadi siang, tiba-tiba ia mendapat kabar dari Midam kalau Wooseok muntah dan hampir pingsan di kampus. Untunglah Midam dengan sigap membawa Wooseok untuk beristirahat di klinik sampai Seungwoo datang menjemput. Wajah kekasihnya terlihat pucat dan pias, badannya juga sedikit hangat. Asam lambung Wooseok sepertinya sedang naik.
Ada beberapa penyebab yang dicurigai oleh Seungwoo. Pertama, mungkin karena Wooseok stress dengan banyaknya tugas dan presentasi belakangan ini. Bulan ini adalah bulan akhir semester, dan nampaknya setiap dosen sedang berlomba-lomba memberikan berbagai tugas bagi para mahasiswanya.
Kedua, karena terlalu sibuk, Wooseok jadi sering mengabaikan makan. Makan telat, kebanyakan mengkonsumsi kopi, makan makanan pedas ketika perut kosong, semuanya bisa menjadi pemicu. Bisa jadi juga karena Wooseok mengkonsumsi Cheese Tea yang dibeli Junho dua hari lalu.
Ketiga, Wooseok sedang banyak pikiran. Ini kecurigaan terbesar Seungwoo. Dia sering mendapati Wooseok melamun akhir-akhir ini, dan Seungwoo yakin itu bukan karena kuliah. Kalau ditanya, Wooseok selalu mengelak.
"Mas..."
Seungwoo kembali menatap Wooseok. "Kenapa, Sayang? Mau muntah?"
Wooseok menggeleng lemah. Tiba-tiba saja air mata menggenang di kedua mata indahnya.
"Hei, kenapa malah nangis, Sayang?"
Wooseok bergeser dari posisi berbaring, kemudian menaruh kepalanya di pangkuan Seungwoo. Tangannya memeluk erat pinggang pemuda kesayangannya tersebut.
Seungwoo bingung, apa sebenarnya yang terjadi pada Wooseok? Ia kembali mengelus pucuk kepala Wooseok.
"Kamu kenapa, Sayang? Mau cerita?" Tanya Seungwoo lembut.
Seungwoo dapat merasakan gelengan Wooseok.
"Yang, tapi aku nggak bisa ngerti kenapa kamu tiba-tiba nangis gini kalo kamu gak cerita. Kamu marah sama aku? Kamu kan kalo marah suka nangis. Aku bikin salah?" Seungwoo coba memastikan.
Wooseok menggeleng lagi.
"Ya kalo bukan aku yang salah, terus siapa? Kamu kesel sama Junho? Atau sama dosen?"
"Mas, maaf." Jawab Wooseok sambil tersedu.
"Lho, kok malah kamu yang minta maaf? Udah, sini lepas dulu pelukannya."
Seungwoo mencoba melepaskan pelukan Wooseok pada pinggangnya. Sedikit sulit, karena Wooseok memeluk erat sekali. Tapi dengan perlahan, Seungwoo mencoba lagi.
"Sssst, jangan nangis lagi. Sini, coba aku liat mukanya," Seungwoo merendahkan tubuhnya, kemudian menatap Wooseok penuh pengertian. Ia mengusap sisa air mata yang turun di pipi Wooseok.
"Jangan nangis lagi, Sayangku. Aku sedih liatnya. Cerita ya sama aku... Kalo kamu simpen sendiri nanti kamu makin sesek. Pasti kepala kamu juga pusing, kan?"
"Mas, ma... af..." Wooseok mulai kesulitan berbicara.
Seungwoo menarik Wooseok dalam rengkuhannya, "Sssst... Sayangnya Mamas..." Ia mengelus-elus punggung Wooseok agar Wooseok lebih rileks.
"Mas... Aku kangen..."
"Kangen aku? Duh, aku terlalu sibuk sama kuliah juga, ya sampe kamu kangen sama aku?"
"Mas... Aku kangen... sama dia..."
Seungwoo terdiam. Mulutnya seakan terkunci. Ia tidak siap untuk ini. Tapi ia tidak punya pilihan selain memaklumi.
"Hmmm..." Hanya gumaman yang mampu Seungwoo keluarkan.
"Mas, maaf..." Entah sudah berapa kata maaf yang Wooseok ucapkan. Ia tahu ia salah, ia tahu ia tak patut, ia juga tahu ia tak pantas berkata seperti itu pada Seungwoo. Tapi hatinya tak kuasa untuk memendam rasa lebih lama lagi. Rindu yang ia rasakan terlalu mencekik.
Seungwoo menghela nafas. Ia tahu, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk merasa cemburu. Kekasihnya pasti merasa sangat bersalah.
"Kamu kangen banget ya? Mau ketemu?"
Wooseok mengangguk pelan. Ada rasa takut di sana.
"Kalo kamu minum obatnya rajin, udah gak lemes, udah sehat sepenuhnya, Mas janji temenin kamu buat ketemu sama dia."
Seungwoo dapat melihat binar bahagia di wajah pucat tersebut. Hari ini Seungwoo mengalah. Ada hati yang perlu ia jaga, walau harus mengorbankan perasaannya sendiri.
Tbc.
*****
Annyeong!
Sebenernya bukan part ini yang mau ku update, tapi karena asam lambungku lagi naik (yes, dugaan kuat adalah gara2 cheese tea laknat) plus suasana hati yang lagi berduka karena tadi dapet kabar kalau salah satu temen deketku pas SMP just passed away, jadi malah mood bikin cerita beginian. Gak yakin dapet feelnya sih.
Btw, kira-kira Wooseok kangen siapa ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
About SeunSeok (Completed)
Fiksi PenggemarThe Sweet Life of Mamas Seungwoo dan Yayang Wooseok