Endure

2.3K 275 48
                                    

Hari itu, di satu Kamis di awal bulan April. Musim semi dihiasi oleh beotkkot di setiap sudut kota. Universitas Kyung hee pun menjadi salah satu tujuan wisata untuk menikmati indahnya bunga ceri tersebut. Akan tetapi, dua pemuda justru berjalan menjauh dari lingkungan kampus. Untuk pertama kalinya, mereka akan pergi kencan setelah sebulan lalu Wooseok disibukkan dengan kegiatan sebagai mahasiswa baru, sekaligus mengurus kepindahannya ke asrama.

Seungwoo merasa senang karena hari ini kelasnya dibatalkan, sedangkan Wooseok hanya ada satu kelas di pagi hari. Kesempatan ini termasuk langka. Terlebih karena adanya permintaan dari Wooseok untuk menutupi hubungan mereka di kampus. Nama Seungwoo memang cukup terkenal di kalangan para mahasiswa, baik di Fakultas Politik dan Ekonomi tempat Seungwoo belajar, maupun di fakultas-fakultas yang berada di sekelilingnya, termasuk fakultasnya Wooseok, Fakultas Ilmu Humaniora, yang letaknya tepat berseberangan. Wooseok tidak mau menarik perhatian yang tidak perlu, apalagi ia sendiri masih perlu adaptasi sana-sini.

Karena itu pulalah mereka memilih menjauh dari daerah Dongdaemun menuju Gyeongbokgung Palace. Dari Hoegi, hanya perlu satu kali berganti kereta bawah tanah di Jongno 3-ga lalu turun tepat di stasiun Gyeongbokgung.

“Kita mau langsung ke sana atau mau mampir ke kafe dulu, Yang?” Tanya Seungwoo.

“Ke sana dulu saja deh. Biar abis itu kita bisa santai di kafenya. Lagian kalo makin sore, nanti makin dingin.” Suhu di awal musim semi memang masih di bawah sepuluh derajat celcius.

“Emangnya kamu nggak lapar? Udah jam 11 lho ini.”

“Beli samgak kimbab ajalah buat ganjel.”

“Sama banana uyu?”

“Iya dong. Kalo Mas?”

“Nggak ah. Kan aku udah nggak butuh susu buat bantu masa pertumbuhan lagi, Yang.”

“Lha, maksud Mas aku masih perlu, gitu?!” Wooseok melotot lucu.

“Emangnya aku bilang gitu?” Goda Seungwoo.

“Ya nggak, sih... Tapi...” Wooseok cemberut.

“Hahaha... Sensi amat sih Sayangnya Mamas nih...” Seungwoo menjawil ujung hidung Wooseok pelan. “Udah ah, jangan pake ngambek-ngambekan. Kan hari ini kita mau menghabiskan waktu dengan penuh cinta.”

“Cringy banget sih kamu, Mas.” Wooseok pura-pura bergidik.

“Biar pas sama suasana lah, Yang. Penuh bunga bermekaran. Kayak hati aku.”

Okay, Wooseok geli betulan.

***

Sayang sekali jalan-jalan mereka sambil memandangi bunga ceri harus berakhir dengan cepat. Mendung tiba-tiba menggelayut, kemudian membawa gerimis halus turun ke bumi. Seungwoo dan Wooseok mempercepat langkah mereka memasuki Namusairo Coffee.

Seungwoo membantu Wooseok membuka parka dan mengusap wajah kekasihnya yang terkena air hujan itu dengan handuk kecil, baru membuka jaket dan mengusap wajahnya sendiri. Seungwoo kemudian menuju kasir untuk memesan Ethiopia Tirtiro Goye Hand Drip Coffee untuk dirinya sendiri, Capuccino with Okinawa Brown Sugar untuk Wooseok, satu potong carrot cake, juga seporsi sandwich untuk mereka berdua.

Ketika ia kembali, Wooseok sedang sibuk dengan ponselnya. Wajahnya terlihat serius.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
About SeunSeok (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang