Kim Junho itu adalah saksi kehidupan Wooseok. Senang sedihnya Wooseok selalu dalam pantauannya. Terutama setelah ia mulai mengerti bahwa walau usianya dua tahun lebih muda, ialah yang berkewajiban untuk melindungi Wooseok.Junho selalu melihat kakaknya sebagai sosok yang lembut, bahkan lebih lembut dari pada ibunya sendiri. Wooseok memang terkadang suka menggerutu apabila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, seperti saat Junho meninggalkan gelas kotor di meja atau saat Junho terlalu asyik dengan ponsel dan tidak mendengarkan celotehannya. Wooseok juga sangat marah ketika Junho ketahuan berkelahi dengan Yunseong hanya karena masalah sepele. Tapi Wooseoklah yang selalu menemani hari-hari Junho ketika orang tua mereka sibuk bekerja. Bahkan, senyum manis Wooseok saat menjemputnya di Taman Kanak-Kanak adalah salah satu hal indah yang ada dalam kenangan masa kecil Junho.
Junho tahu kalau kakaknya mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Tapi ketika sudah menemukan orang-orang yang membuatnya nyaman, Wooseok akan menjadi sosok yang ceria dan banyak bicara. Junho menyebutnya sebagai Bubbly Wooseok. Masa saat Bubbly Wooseok menjadi gelembung terbesar adalah ketika Wooseok duduk di kelas sembilan sekolah menengah pertama. Saat satu sosok yang Wooseok sebut sebagai sahabat menghiasi hari-harinya sebagai pra remaja. Bubbly Wooseok bertahan sampai menjelang kenaikan kelas di tahun pertama Wooseok duduk di bangku sekolah menengah atas. Tepatnya saat musim dingin, gelembung tersebut pecah. Junho melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana rasa sedih yang dialami Wooseok berubah menjadi depresi. Menggerogoti mental sekaligus fisik kakaknya. Membawa perubahan yang begitu signifikan bagi pribadi Wooseok, juga bagi keluarga mereka.
Satu tahun masa yang dihabiskan oleh Wooseok untuk menjalani pengobatan dan pemulihan. Wooseok bahkan sampai harus berhenti sementara dari sekolah dan melanjutkan dengan home schooling. Sebisa mungkin Junho menemani dalam setiap prosesnya. Junho mungkin bukan adik yang ekspresif, tapi dengan kehadirannya, Junho ingin Wooseok tahu bahwa biar bagaimanapun, Junho akan selalu berada di sisi Wooseok.
Angin segar berhembus ketika Wooseok mulai mengenal sosok Seungwoo. Pembawaan Seungwoo yang dewasa dan sabar ternyata membawa pengaruh positif pada pribadi Wooseok. Wooseok mulai sering tersenyum dan lebih membuka diri. Perlahan namun pasti, Junho mulai dapat bernafas lega.
Akan tetapi, masa tersebut pun tak lepas dari sandungan. Sampai saat ini, Junho masih suka merasa kesal pada Dongpyo. Hubungan Seungwoo dan Wooseok bahkan sempat mundur, alih-alih berjalan maju.
Lagi-lagi Junho dibuat salut oleh kesabaran Seungwoo. Mungkin, kalau ada penghargaan kepada pria ter-bucin, Seungwoo dapat memenangkannya. Junholah yang ikut bersorak dalam hati ketika pada akhirnya Wooseok menerima Seungwoo sebagai kekasihnya.
***
Sesungguhnya, sorak-sorai ingin Junho lakukan setiap hari karena pada sebagian besar masa pacaran mereka, raut bahagia selalu menghiasi wajah cantik Wooseok. Tapi, Junho juga punya hati, juga perasaan sebagai pemuda berusia delapan belas tahun dengan status jomblo yang harus hidup bersama dengan pasangan yang sedang dimabuk cinta.
Sudah terbayang kan bagaimana rasanya? Kurang lebih sama seperti kalau kita liat bias sama pasangannya lah. Antara ikut bahagia, tapi kesel terus iri, dengki, tapi mau nyumpahin putus juga nggak tega, soalnya yang penting bias bahagia.
Junho juga gitu, guys. Sekarang tuh mereka lagi movie night. Nggak kok, mereka nggak lagi nonton film Disney. Ayolah, mereka tiga orang cowok, masa milih nonton film Disney sih. Dulu Wooseok emang seneng nonton Disney, tapi dia udah sadar, katanya. Nggak kayak bapak-bapak yang duduk di sebelah Dongpyo dan Hyeongjun waktu nonton film Aladdin. Sendirian, ngakak-ngakak pula. Kalau Dongpyo dan Hyeongjun sih maklum aja. Masih pada bayi soalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About SeunSeok (Completed)
FanfictionThe Sweet Life of Mamas Seungwoo dan Yayang Wooseok