16

499 65 20
                                    

Jinan menunggu mantan anak buahnya yang ia perintahkan untuk mencari tau tentang Paman Okta yang bernama Dirga itu.

Tak lama kemudian, seorang pria bermotor memakirkan motornya di depan cafe tempat Jinan menunggunya.

"Nan, ini semua yang bisa gue dapetin. Semoga aja ini cukup buat lo."

Pria itu memberikan sebuah amplop coklat pada Jinan.

"Thanks Jev, ini pasti ngebantu banget. Oh ya, lo pesen dulu. Gue masih mau nanya-nanya sesuatu lagi sama lo." Ucap Jinan.

Pria bernama Jevi itu itu pun memesan makanan dan minuman.

"Dari yang gue denger, orang yang namanya Dirga itu adik kandung dari Ayah angkat adek lo. Hubungan mereka gak pernah baik, dan jadi makin parah setelah Okta di adopsi. Dia ngerasa Okta itu saingan besarnya, apalagi semenjak dia tau kalau Kakaknya bakal ngasih semua hartanya ke Okta. Belum lama setelah orangtua angkat Okta meninggal, adek lo bener-bener gak mau ngapa-ngapain, dia cuma ngontrol perusahaan dari jauh dan dibantu oleh pelayan setia di rumah itu. Namanya pak Jaya, cuma dia yang selama ini dekat sama Okta dan ngurus Okta."

"Lo dapat info tentang cewek yang namanya Gracia? Shania Gracia" Jevi mengangguk.

"Dia pelayan di rumah itu. Pak Jaya yang ngebawa dia ke rumah itu dan dalam waktu singkat dia bisa bikin Okta kembali seperti semula. Ada yang bilang kalau Okta pacaran sama dia, ada juga yang bilang kalau  Gracia hanya dianggap teman dekat sama Okta karena dia anak yang ceria dan bisa menghibur Okta. Tapi kehadiran Gracia di rumah itu gak lama, kejadian tragis terjadi di rumah Okta. Gracia menjadi korban pembunuhan di tanggal 5 oktober. Setelah itu gak ada lagi yang pernah tau kabar Okta. Cuma pak Jaya yang Okta percaya sebagai penggantinya di kantor. Jadi.."

"Tunggu, gue mau nanya sesuatu"

"Apa?"

"Lo pernah ketemu sama orang ini? Sebelum atau sesudah kejadian meninggalnya Gracia."

Cukup lama Jevi memperhatikan foto yang ditunjukkan oleh Jinan, sejujurnya ia tidak asing dengan wajah itu. Tapi ia lupa.

"Bentar deh, seinget gue pernah ngeliat dia di wilayah kita. Tapi gue lupa dimana." 

"Di sekitar wilayah kekuasaan Joe? Atau Jason?" Jevi mencoba kembali mengingat.

"Jason! Ya, gue pernah ngeliat dia keluar dari markas Jason. Gue yakin itu, gue inget sekarang. Waktu itu pas gue yang jaga. Dan dia keluar dari markas Jason bareng Om nya Okta itu."

"Thanks infonya, gue berhutang banget sama lo" Jinan memasukkan semua informasi yang dikumpulkan Jevi ke dalam amplopnya dan memberikan amplop lain yang berisi uang pada Jevi.

"Semoga anak lo cepet sembuh, itu mungkin gak banyak. Sorry gue belum sempet ngebesuk anak lo. Kalau masalah ini udah selesai, gue pasti sempetin jenguk anak lo. Gue pergi dulu." Ucap Jinan sebelum ia pergi.

Jevi benar-benar terharu, walaupun Jinan tidak membayarnya pun  Jevi akan tetap melakukannya jika itu untuk Jinan. Selama ia bekerja dalam organisasi itu, ia tidak pernah menemukan bos sebaik Jinan. Karena itu, meski Jinan kini sudah keluar dari organisasi itu. Ia tetap menghormati dan menghargainya sama seperti ketika Jinan menjadi bosnya dulu.

Jinan melajukan mobil yang ia gunakan hari itu dengan sangat cepat. Markas Jason, itulah tujuannya saat ini.

 Markas Jason, itulah tujuannya saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Colour of Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang