Esoknya, setelah memperoleh tidur cukup, suasana hati Seongjoon nampaknya mulai membaik. Ia bermurah hati memberi tahu Hwa Min mengenai informasi yang diberikan polisi Busan kepadanya. Hwa Min berusaha menampilkan ekspresi serius, sigap dan fokus sebagaimana lazimnya seorang jaksa. Namun itu sulit sekali. Bagaimana tidak? Orang yang mereka sedang bicarakan—buronan selicin belut yang mati-matian dicari polisi di sekurang-kurangnya lima distrik tersebut, Kim Doyoung—berada persis di depan matanya semalam dan alih-alih menangkapnya, ia malah menyuruhnya kabur.
Hwa Min tak bisa menebak apa persisnya perasaan yang menguasai hatinya sekarang, penyesalan karena melepaskan Doyoung, atau malah kegelisahan karena takut Doyoung tertangkap.
Saat pikiran Hwa Min yang sempat melanglang buana itu kembali ke meja, Seongjoon tengah mengutarakan kesungguhannya bahwa mereka pasti bisa menemukan Kim Doyoung apabila menyisir semua bangunan kosong di Busan.
"Dia selalu bersembunyi di rumah kosong," katanya selagi sarapan, melambaikan sumpitnya yang tengah menjepit telur goreng. "Aku sudah minta tolong pada kepolisian lokal untuk memberikan daftar rumah kosong di Busan secepatnya."
"Kenapa kau yakin sekali dia ada di Busan? Maksudku, ya, delapan jam setelah penggerebekan itu Busan memang merupakan salah satu kota di mana perhiasan yang dicuri dari Kissy Diamond ditemukan, tapi perhiasan itu juga tersebar di dua kota lain, kan? Dia tak mungkin ada di tiga kota sekaligus."
"Maka dari itu kita berpencar," balas Seongjoon lancar.
"Kenapa kau tak memikirkan kemungkinan lain?"
"Seperti?"
"Dia masih di Seoul?" cetus Hwa Min. "Maksudku, dia bisa saja melakukan transaksi gelapnya di malam yang sama dengan malam ia mencurinya? Dari seoul? Kita mungkin sedang dijebak."
"Yeah, tentu dia akan menjual semua barang curiannya secepat mungkin. Tapi aku tak mengerti apa yang membuatmu berpikir kita dijebak. Kau ingin kita diam saja di Seoul? Menunggu cecunguk itu berulah lagi? Lalu kehilangannya lagi detik berikutnya?" balas Seongjoon sengit. "Setidaknya pencarian kita di kota ini membuktikan bahwa kita mencoba, kan?"
"Tapi aku yakin dia tak ada di Busan. Kota ini terlalu jauh dari Seoul. Logikanya, jika ia benar-benar harus cari tempat sembunyi dengan cepat, maka ia pasti akan memilih kota-kota di sekitar Seoul. Lagi pula..."
"Sebenarnya apa yang kau sembunyikan?" sela Seongjoon curiga. Ia meletakkan sumpitnya di atas mangkuk nasi dan menatap Hwa Min dengan tatapan menginterogasi. "Argumenmu benar-benar bodoh dan semua kegelisahanmu ini membuatku makin yakin kalau Kim Doyoung memang sedang berada di kota ini. Apa kau berkomplot dengannya?"
"Apa! Tentu saja tidak! Aku cuma... perasaanku bilang dia tak mungkin ada di sini."
"Kita tak bekerja dengan perasaan, Son Hwa Min-ssi."
"Aku tahu."
"Kalau begitu bertingkahlah seolah kau tahu!" Seongjoon mendecakkan lidahnya. "Sudahlah! Ketimbang bicara omong kosong, lebih baik kau beri tahu aku siapa teman-teman dekatnya waktu kalian pacaran dulu. Anak itu tak mungkin kerja sendiri. Pasti ada orang besar di belakangnya. Seseorang yang punya uang, punya kuasa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Good Criminals
FanficKim Doyoung tiba-tiba menghilang di semester enam dan muncul kembali di TV nasional, sebagai seorang kriminal. Author : Salsa