1. Patah dalam Diam

5.1K 343 11
                                    

Suara petikan gitar itu kembali terdengar. Sooyoung memejamkan mata dan menikmati setiap melodi yang bisa tertangkap gendang telinganya. Semakin banyak alunan nada yang berhasil tertangkap pendengaran, semakin menghangat pula hatinya. Pikirannya pun semakin berpacu dari satu memori ke memori lain, dari satu potongan gambar ke potongan lain, sampai akhirnya bibirnya mengembangkan sebuah senyuman.

Wajah laki-laki itu tergambar jelas di pikirannya. Ia sedang tersenyum. Meskipun senyum yang amat singkat, Sooyoung tetap bahagia karena senyum itu ditujukan padanya. Sooyoung tidak pernah menyangka laki-laki itu akan memberikan sebuah senyuman untuknya. Sama sekali tidak pernah menyangka maupun berharap. Baginya, melihat senyum itu dari kejauhan sudah membuatnya berbunga. Sama sekali tidak terpikir bahwa suatu hari ia akan menerima senyum menawan itu secara pribadi. Hanya untuknya.

Petikan gitar berhenti, membuat mata Sooyoung refleks terbuka. Dahi gadis itu berkerut heran. Tidak biasanya ia berhenti setelah hanya memainkan satu lagu. Samar-samar, Sooyoung kemudian mendengar suara laki-laki dan perempuan yang sedang bercakap-cakap. Ah, rupanya laki-laki itu kedatangan tamu. Sooyoung kembali memusatkan perhatian pada novelnya, berusaha mengabaikan rasa penasaran dan keinginannya yang sangat besar untuk menguping pembicaraan antara laki-laki dan perempuan di ruangan sebelah.

*

"Sooyoung!"

Sooyoung tersenyum ketika melihat Kang Seulgi, sahabatnya, berlari kecil untuk mendekati dirinya. "Selamat pagi," sapa gadis itu ketika Seulgi sudah berada di sampingnya.

Seulgi cemberut. "Selamat pagi kata lo? Mana bisa gue ngelewatin pagi ini dengan selamat kalau tugas dari Profesor Kim belum gue kerjain?" omelnya sambil mengipasi lehernya yang agak berkeringat. Musim panas tahun ini memang terasa lebih gerah daripada tahun sebelumnya.

Gerutuan Seulgi itu membuat Sooyoung tertawa. "Jadi lo belum ngerjain juga? Bukannya gue udah minjemin beberapa buku untuk referensi?" tanya Sooyoung menggoda sahabatnya itu. Kemarin, ketika meminjamkan buku-buku itu pada Seulgi, ia sudah tahu sahabatnya itu tidak akan menyentuhnya sama sekali.

"Lo pikir semua orang kayak lo yang kutu buku?" gerutu Seulgi lagi, membuat tawa Sooyoung semakin keras. "Pokoknya lo harus membantu gue, Young. Masih ada waktu dua jam lagi sebelum kelas Profesor Kim dimulai, gue rasa cukup untuk ngerjain tugas sialan itu."

Sooyoung mengangguk dan kembali tertawa kecil. "Iya, iya, ayo gue bantu. Mau ngerjain di mana?"

Seulgi melemparkan pandangannya ke sekitar mereka. Gadis itu lantas mendesah kecewa karena semua bangku di taman kampus sudah dipenuhi oleh mahasiswa lain. "Ruang bersama?"

Yang dimaksud 'ruang bersama' oleh Seulgi adalah sebuah ruangan yang khusus digunakan sebagai sekretariat klub-klub minat dan bakat di kampus mereka. Ruangan itu sebenarnya adalah suatu ruangan besar yang kemudian disekat menjadi empat bagian. Masing-masing klub mendapat satu bagian untuk dijadikan semacam 'markas' bagi kegiatan klub. Kebetulan Sooyoung dan Seulgi adalah pengurus klub fotografi, jadi mereka bebas datang ke ruangan klub fotografi kapan pun mereka mau.

Sooyoung menggigit bibir bawahnya, teringat pada suara petikan gitar yang selalu ia dengar ketika berada di ruangan klub fotografi. Suara petikan gitar yang dimainkan seseorang dari ruang klub musik. Gadis itu melirik jam tangannya dan agak kecewa ketika menyadari bahwa saat ini masih jam kuliah. Mungkin saja laki-laki itu sedang berada di kelas.

Ia lantas mengangguk untuk mengiyakan ajakan Seulgi dengan setengah hati. "Ayo."

*

Entah ini yang dinamakan situasi saat 'Dewi Fortuna sedang berpihak padamu' atau bukan, tetapi Sooyoung merasa dirinya sangat beruntung. Ketika akan memasuki ruangan klub fotografi, ia dan Seulgi berpapasan dengan laki-laki itu. Sepertinya laki-laki itu juga akan masuk ke ruangan klub musik. Sejenak pandangan mereka bertemu dan Sooyoung hanya diam mematung.

ALTERNATE UNIVERSE - VJOY [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang