Sekarang Park Sooyoung tidak bisa menatap Kim Taehyung tanpa memikirkan sosok Bae Joohyun; juga tanpa curiga bahwa hubungan mereka masih sama kuatnya dengan dulu. Meskipun sebenarnya Sooyoung masih belum mengetahui dengan jelas bentuk hubungan keduanya di masa lalu, entah mengapa ia merasa tersisih. Kenyataan bahwa Taehyung dan Joohyun tertawa bersama di belakang panggung beberapa hari lalu membuatnya iri.
Ternyata ada perempuan yang bisa membuat Taehyung tertawa begitu lepas dan bahagia.
Pemikiran itu membuat Sooyoung jadi kurang fokus akhir-akhir ini. Bahkan saat Taehyung terus-terusan menghubunginya, Sooyoung tetap merasa tidak nyaman. Sebagian hatinya menyuruhnya untuk memastikan perasaan Taehyung padanya. Namun, otaknya tidak mengizinkan sebab mereka belum terlalu lama dekat. Sooyoung tahu Taehyung masih menganggapnya teman—meskipun tidak bisa dipungkiri ia bisa melihat ketertarikan dalam mata Taehyung yang menatapnya.
"Park Sooyoung."
Taehyung jarang memanggilnya dengan nama lengkap. Begitu juga dengan teman-teman dekatnya. Saat itu melakukan itu, pasti ada yang menganggu pikirannya. Dan Sooyoung tahu penyebabnya adalah sikapnya sendiri. Taehyung pasti kesal karena ia mengabaikan ucapan cowok itu sejak tadi.
"Gue denger. Terusin saja." Sooyoung menyahut singkat tanpa mengalihkan pandangan dari kalguksu-nya.
Ia tidak berbohong. Meskipun pikirannya melayang ke mana-mana, telinga Sooyoung tetap menangkap seluruh rentetan cerita Taehyung. Cowok itu, seperti biasa, sibuk menceritakan kehidupannya—kuliahnya, tanggapan dosen soal proposal tugas akhirnya, pemikirannya soal kondisi sosial Korea Selatan akhir-akhir ini, hingga karya terbaru fotografer favoritnya. Semuanya, terkecuali Bae Joohyun. Taehyung tidak menyinggung soal Joohyun sama sekali. Entah kenapa itu membuat Sooyoung semakin frustasi.
"Lo kayak nggak dengerin gue dari tadi," sungut Taehyung kesal. Bibirnya mengerucut, wajahnya masam.
Ini pertama kalinya Sooyoung melihat ekspresi seperti itu di wajah Taehyung. Sejujurnya ia merasa takjub, tapi kekesalan membuatnya tidak bisa tersenyum dan berkata, "Aigoo, imutnya!"
"Lo lagi ada masalah?" suara dan ekspresi Taehyung melunak. "Kalau memang mood lo lagi nggak bagus, kita pulang aja. Gue anter. Lo nggak usah ikut ke studio."
Rencananya mereka akan ke studio tempat Alive biasa latihan sehabis makan kalguksu. Sore ini Alive akan melatih beberapa lagu baru untuk direkam. Selain itu, dua minggu lagi mereka akan tampil di sebuah festival musik yang lumayan besar. Sooyoung ingin mendokumentasikan latihan Alive dan membuat sebuah video behind the scene.
Sooyoung menatap Taehyung dan menggeleng. "Gue baik-baik aja," katanya meyakinkan. "Maaf, suasananya jadi nggak enak gara-gara gue."
"Nggak perlu minta maaf." Taehyung tersenyum lebar. "Udah, cepetan habisin kalguksu-nya. Jangan sampai nggak habis, nanti Bibi marah."
Sooyoung melirik Bibi Han, pemilik restoran kalguksu langganannya, yang sedang sibuk melayani pembeli. "Bibi kayaknya senang banget liat lo datang lagi."
Taehyung tersenyum bangga. "Jelas. Nggak ada yang bisa nolak kharisma gue."
Sooyoung mengenyit, tidak mempercayai pendengarannya sendiri. "Astaga. Gue baru tahu lo punya sisi ini juga."
"Kenapa? Bangga sama diri sendiri, kan, nggak salah."
"Tapi lo itu terlalu pede, Tae."
"Tapi gue nggak salah, kan? Kharisma gue memang tumpah-tumpah dan susah dilupakan."
Sooyoung tertawa tidak percaya. "Gue jadi penasaran," katanya sambil memicing menatap Taehyung. "Jangan-jangan lo selama ini sadar kalau lo punya banyak penggemar bahkan sampai bikin fanclub?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERNATE UNIVERSE - VJOY [FIN]
FanfictionKisah Park Sooyoung dan Kim Taehyung; seorang pengagum dalam diam dan pangeran es yang populer. Awalnya, Sooyoung tidak berharap Taehyung balas menyukainya. Ia tahu diri sehingga merasa cukup mengagumi Taehyung dari jauh. Namun, perasaannya goyah sa...