5. Kejutan

845 58 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment yaa!!!
.
.
.

Dua hari telah berlalu, aku kembali bekerja di unit kesehatan kantor HitMan Entertainment, keadaan Taehyung sebenarnya belum stabil benar tapi aku bertukar tugas dengan rekanku yang lain karena aku meras akan bahaya jika terlalu di dekat mereka jiwa ARMY ku ketahuan.

Aku semakin akrab dengan semua member BTS, dngan semua staff dan para trainee juga, jujur sebenarnya aku tipe orang yang akan mudah akrab jika lawanku menyambutku dengan baik. Aku senang semua orang disini begitu baik, saling menghargai dan menghormatiku yang nampak berbeda dari yang lain tak seperti saat awal aku bekerja di Rumah sakit.

"Hey bagaimana rasanya tinggal satu atap dengan idol kesukaanmu? Jujur aku iri." Hani tiba-tiba duduk di depanku membuyarkan lamunanku.
"Awalnya canggung tapi sekarang aku bisa membiasakan diri." aku nengalihkan atensi penuh terhadapnya.

"Kau beruntung sekali, kenapa kau tak menukar tugasmu denganku saja sih? Aku juga mau" Hani merengek sedikit memanyunkan bibirnya.
"Karna kau mau jadi aku tidak memberikannya, ayolah Hani aku yakin kau akan kurang fokus jika di depan Taehyung, dia biasmu di BTS kan? Aku khawatir kau hanya akan bengong terdiam seperti saat pertama dia dibawa ke sini."

"Hmmm, benar juga sih, yang ada aku akan lepas kendali jika melihatnya lemah. Kau hebat Nesya-ya bisa melakukan semuanya dengan baik."

"Hey asal kau tau aku pun menahan jiwa fangirlku setengah mati. Kau sebaiknya biasakan diri supaya bisa melakukan dengan baik, ayo tunjukkan keprofesionalanmu seperti di Rumah Sakit."

Hani lantas mengangguk kemudian teringat sesuatu.
"Nesya-ya kemarin aku ke Rumah Sakit, aku melihat temanmu yang lulusan Arsitek itu di depan ruanh direktur."

Aku yang sedang mengetik beberapa data kesehatan para trainee pun terhenti, lantas menoleh pada Hani.
"Eoh, maksudmu Adit? " Hani hanya mengangguk.
"Dia ikut serta proyek pembangunan gedung baru Rumah Sakit."
"Pantas saja, by the way kau masih menyukainya? "
"Sejujurnya iya, apalagi sekarang kita sering bertukar pesan, dia lelaki yang baik dan penuh perhatian." aku tersenyum jika mengingat perlakuan Adit terhadapku, bahkan aku sering menyangka Adit pun sama memiliki rasa padaku tapi sampai sekarang tak pernah ada pernyataan darinya.

"Mau sampai kapan kau diam-diam menyukainya? Bagaimana jika dia sudah mempunyai kekasih?"

"Aku yakin dia tidak akan berkencan dalam waktu dekat, jika berkencan tidak akan lama dia pasti langsung menikah, aku tau prinsipnya dan hingga saat ini belum ada kabar dia berkencan atau dekat dengan wanita lain, lagipula dia mengatakan padaku ingin fokus untuk kerjaannya dulu." sebenarnya aku juga tak begitu yakin dengan apa yang ku katakan, aku juga takut jika akhirnya cintaku tak terbalas namun aku selalu pasrah kepada Sang Pemilik Hati.

"Lalu kau akan menunggu sampai kapan? Ayolah kau jujur saja padanya, masalah diterima atau tidak itu urusan terakhir, yang penting supaya kau lebih lega dan jika ternyata dugaanmu benar dia memiliki rasa sepertimu mungkin akan lebih bagus lagi. Ingatlah pesan ibumu untuk segera mencari jodoh ! Asal kau tau, aku bosan dengan keluhanmu apabila telah ditelpon ibumu."

Aku menghentikan ketikanku pada komputer, terdiam dan memikirkan apa yang Hani ucapkan. Aku teringat lagi pada permintaan ibuku agar lekas mendapatkan jodoh jika tidak ia akan menjodohkanku di umur ke 27 yaitu berarti tahun depan.

~~~~~~~~~~~~~SKIP~~~~~~~~~~~~
Setiap hari aku sering berbalas pesan dengan Adit ya meskipun itu jarang karena kesibukan masing-masing. Aku lebih sering memberikan kode menunjukan ketertarikan diriku terhadapnya tetapi dia sering mengalihkannya pada candaan konyolnya.

Saat ini aku baru pulang dari shift ku,aku duduk di salah satu restoran indonesia di Itaewon dekat dengan flat ku, aku sedang menunggu Adit yang mengajakku berbuka puasa bersama, dia juga berkata akan mengenalkanku pada seseorang yang menurutnya sangat berarti. Waah aku merasa sangat spesial saat ini, apakah ia mulai mengerti dengan kode-kode yang aku berikan. Sendari tadi aku memang memikirkan ucapan Hani tadi siang tapi sekarang aku banyak berekspektasi apa mungkin ia akan mengenalkanku dengan orangtuanya yang katanya sedang berkunjung ke Korea, tentusaja aku tidak heran dia keluarga kaya jadi orangtuanya sering berkunjung tidak sepertiku, keluargaku lumayan cukup namun sederhana aku saja berkuliah di sini karena beruntung mendapatkan beasiswa dari kedutaan Korea.

Sunshine From SoutheastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang