Kau bilang kau tidak akan meninggalkanku...
Namun, kau pergi dengan memberitahu suatu hal yang membuatku tak bisa melupakanmu.
*•~•°•~•*
Aroma obat-obatan menyeruak di sekitar rumah sakit itu. [Name] sedang diperiksa oleh sang dokter. Sedangkan Dazai menunggu diluar dengan rasa cemas apakah sahabatnya baik-baik saja?
Selang beberapa waktu, dokter itu keluar dan menemui Dazai dengan raut wajah pucat. "Bagaimana keadaannya?" tanya Dazai tidak sabar.
"Keadaan tubuhnya baik-baik saja... Lukanya juga sudah diobati. Namun, hidupnya tak akan lama lagi." Ucapan dokter itu sontak membuat Dazai terkejut. Apa maksudnya itu? Sahabatnya yang paling mengerti dirinya akan pergi meninggalkannya?
Tidak... Dazai tidak mau mengakui itu. Dia terlalu keras kepala untuk mempercayai hal itu.
Hatinya terlalu sakit untuk menerima kenyataan itu.
"Tuan, saranku kau menemaninya sampai waktunya habis... Kurasa kau adalah orang yang paling berharga di hidupnya." Dengan itu, Dazai bergegas masuk ke dalam ruangan dimana [Name] berada.
Saat membuka pintu, pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah sosok sang gadis yang tengah menatap sendu ke arah jendela. Dazai mendekatinya sembari tersenyum.
Setidaknya, Dazai ingin memberi kenangan terbaik sebelum gadis itu pergi meninggalkannya.
"Hei, apa kau baik-baik saja? Wajahmu terlihat pucat...," ucapnya bercanda. Padahal ia tahu bahwa sahabatnya tidak baik-baik saja... Kematian tengah menunggunya saat ini, bagaimana mungkin gadis itu baik-baik saja?
Namun, [Name] membalas senyuman Dazai dengan senyuman manisnya. "Aku baik-baik saja kok...," jawabnya dengan suara yang lemah. Mendengar jawaban itu membuat hati Dazai semakin terasa sakit.
"Dazai-san... Maafkan aku...." Suara gadis itu bergetar, matanya terasa panas. [Name] menahannya, menahan semua rasa sakitnya karena tidak ingin memberi kenangan buruk pada orang yang ia sayangi.
Dazai tahu bahwa gadis itu adalah orang terjujur yang pernah ia temui. Semua kata-katanya begitu tulus dan lembut. Bahkan hatinya yang telah lama mati kembali di hidupkan dengan hadirnya gadis itu ke dalam hidupnya.
Dazai mendekati sang gadis dan duduk disebelahnya. "Tenang saja, aku tidak marah padamu...,"
[Name] kembali tersenyum dan menggenggam tangan Dazai dengan erat. "Dazai-san... Ada sesuatu yang perlu kuberitahukan padamu sebelum aku pergi...."
Setelah mendengar kalimat itu, rasanya hati Dazai seakan tertusuk dengan ribuan pedang yang tajam. Rasanya menyakitkan ketika orang yang berarti dalam hidup kita akan pergi begitu saja.
"Setelah aku pergi... Jagalah kesehatanmu, tersenyumlah selalu... Berikan kebahagiaan pada orang-orang disekitarmu, tolong mereka yang kesusahan, dan jangan lupa untuk berbahagia... Kau pantas untuk bahagia...."
Tangisan Dazai tak dapat ditahan lagi, rasanya benar-benar menyedihkan. Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini, dia tidak bisa menolong sahabatnya sendiri.
Dazai memeluk tubuh mungil [Name] dan mendekapnya dengan sangat erat seakan-akan tidak akan membiarkan gadis itu pergi darinya.
Gadis itu mengerti. Sangat mengerti. Waktunya tak lama lagi... Sudah saatnya ia mengungkapkan rahasia terbesarnya selama ini.
"Dazai-san... Apa kau tahu apa alasanku bertahan selama ini?" tanya [Name] dengan suara lembutnya yang mulai melemah.
Dazai hanya terdiam mendengar pertanyaan itu. Namun, pelukannya terasa semakin erat.
"Sebelumnya, aku sangat membenci Port Mafia. Karena kedua orang tuaku dibunuh olehnya. Aku bertemu dengan John saat aku masih kecil... Dia menolongku dengan syarat aku juga membantunya untuk menyusup ke dalam Port Mafia dan membocorkan informasinya." [Name] mulai bercerita sembari mengelus lembut rambut sang pemuda.
"Namun, di Port Mafia ternyata ada malaikat kecil yang sedang tersesat." [Name] tersenyum mengingat saat dimana pertama kali ia bertemu dengan Dazai. "Malaikat itu membuatku ingin mendekatinya dan menolongnya. Rasanya aku ingin membuatnya bahagia dan tersenyum."
"Lama-kelamaan, aku melupakan tujuan awalku masuk ke Port Mafia. Aku terjatuh pada pesona sang malaikat kecil. Lalu, aku menyadari bahwa aku mencintainya...."
Dazai langsung menatap [Name] dengan tatapan terkejut sekaligus tidak percaya. [Name] langsung tertawa karena sudah menduga reaksi itu dari sahabatnya.
"Percayalah, aku tidak berbohong Dazai-san... Aku mencintaimu... Sangat mencintaimu...," ujar sang gadis dengan suara yang semakin melemah. Namun, gadis itu tetap tersenyum dengan manisnya.
"[N-name]... Kumohon jangan pergi... Aku juga mencintaimu! Aku masih membutuhkanmu disini... Maka dari itu kumohon jangan tinggalkan aku!"
Tangis Dazai semakin keras bersamaan dengan senyum sang gadis yang mulai memudar. "Terima kasih... Aku, sangat senang... Mendengarnya...." Itulah kalimat terakhir yang diucapkan sang gadis.
Dazai yang masih belum percaya pun menggoncangkan bahu sang gadis yang telah tiada dan memeluk tubuhnya yang mendingin. "Tidak... Kumohon jangan pergi seperti ini [Name]-chan! Aku... Aku mencintaimu... Kumohon... Jangan pergi...." Tangisan dan isakan dari sang pemuda memenuhi ruangan itu.
Sang gadis meninggal dalam pelukan orang yang dia cintai, sahabatnya, dan cinta pertamanya.
Inilah akhir dari kisah cinta sepasang sahabat yang saling mencintai. Namun, takdir tidak membiarkan mereka bersatu.
Di musim panas mereka bertemu.
Di musim panas mereka menghabiskan waktu bersama.
Di musim panas juga mereka berpisah.~Tamat~
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer holiday [Dazai OsamuxReader] Bungou Stray Dogs
Hayran KurguMusim panas telah tiba. Hal yang paling kutunggu adalah saat dimana kita menghabiskan waktu bersama di musim panas ini. Melihat senyum hangatmu, mendengar tawa ceriamu, dan merasakan sentuhan lembutmu... Adalah hal yang paling kunantikan di musim pa...