Two

7 2 0
                                    

Saat mata menatap, dirimu bahagia sendiri. Saat mata menatap, matamu menatapku. Saat mata menatap, raut sedihmu
Naza Alfares

Naza menatap orang-orang yang berlalu lalang sambil menyapa kakak-kakak seniornya yang berlalu lalang. Saat sedang menatap ke arah keramaian, tiba-tiba dia melihat Fariz. Kakak kelasnya sekaligus ketua OSIS SMA INS. "Za, ada si goblok tuh!" bisik Zena padanya.

"Haeh, iya, pasangannya mana? Katanya tergila-gila, secara si'nganu' itu kan cantik?"

"Iya, tapi kok gak beriringan?"

"Udahlah, emang jodohlah pokoknya. Yang satu murahan yang satu gampangan!"

"Iya bener!"

"Aeh lo pada! Ngomongin siapa?" tiba-tiba Putri datang. "Itu! Ada deh kepo! Ntar lo juga tau Put"

Yani, Zena dan Putri memakan gorengan yang mereka beli tadi. Sedangkan Naza memakan roti. Tiba-tiba,

"Hah? Oh iya-iya, nanti juga dibilangin!" jawab Razafh. Naza menoleh ke sumber suara yang sudah tak asing di telinganya itu.

Degh...

Itulah yang dirasakan Naza. Sudah dua tahun ia satu sekolah dengan Razafh sebelumnya, tapi baru kali ini ia mengalami ini. Razafh menoleh saat Naza kembali menatap teman-temannya. Naza hanya menatap Razafh sekilas.

"Naza?"

"Eh bang Razafh, ada apa bang?" tanya Naza dengan ekspresi datar. Memang, Naza memiliki tingkat drama lebih di saat mendesak seperti ini.

"Kamu sudah kumpulkan nama-nama teman sekelas kamu yang mau gabung IAC?" tanya Razafh dengan ekspresi datar dan dingin. "Tau deh itu bang, mereka ditanyain diem-diem aja, bang!"

"Yaudahlah, siapa yang mau aja" kemudian Razafh berlalu. "Za, deg-deg-an yah?" tanya Yani sambil berbisik. Tapi masih dapat didengar Zena yang tak jauh dari mereka. "Lumayan, sih"

***

Razafh mengambil beberapa barang yang ia perlukan. Setelah membayarnya di kasir, Razafh pun pergi. Tapi, saat berjalan menuju keluar dari TM atau Talenta Mart, ia melirik sekilas ke arah Naza.

Setelah itu ia kembali pergi. "Kamu tau nggak sih Za? Berbeda kepentingan itu membuat aku makin takut. Takut jika rasa yang tersimpan selama bertahun-tahun ini tak tersampaikan. Mungkin iya, kamu adalah wanita yang tidak pernah terlihat murahan atau sejenisnya. Tapi karena kamu misterius, maka laki-laki manapun akan mencoba merebut hatimu yang belum di sanggahi itu" kemudian Razafh segera pergi.

***

Rizky menatap ponselnya yang nyala. Ada foto seorang gadis di sana. Berhijab. Manis. Rizky masih ingat kekecewaannya saat pernah melihat foto Naza tak memakai hijab di akun sosial medianya. Memang, tatkala waktu itu Naza masih berusia sekitar tiga belas tahun.

Rizky senyum-senyum sendiri. "Eum, ini anak mama kok senyum-senyum sendiri, kenapa?" tiba-tiba mamanya datang dan mengelus rambutnya.

"Eh mama? Nggak papa kok ma,"

"Bener nggak papa?" mamanya menarik kursi lalu duduk di samping putra ketiganya itu. Ya, mama El adalah guru di SMA Rizky.

"Kamu, lagi liatin foto cewek?" tanya mamanya. "Enggak kok mah!" jawab Rizky bohong. Mau bagaimana lagi? Kalau tidak, ponselnya tentu akan di tahan karena di anggap merusak. "Mama tegasin ya Rizky, jangan pernah kamu uji coba pacaran, sekolah yang bener, mama kan udah bilang, jangan pacaran. Kalo sempet kamu pacaran, akses kamu ditutup, termasuk sekolah" kemudian mamanya pergi.

Drama In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang