Eleven

3 1 0
                                    

Aku berjanji akan memilikimu sebentar atau bahkan selamanya. Karena kau adalah impianku. Ayo berfantasi cinta, agar itu menjadi nyata.
Darlenio Caftrandz

"Ya" lalu pria itu pergi.

"Darlenio!" panggil salah seorang temannya. Ya, laki-laki yang berbicara dengan pria berpakaian serba hitam itu adalah Darlenio. Darlenio Caftrandz.

"Apaan?" tanya Darlen. "Liburan sekolah jalan yok, pantai!" ajak temannya.

"Males ah, ada acara gue!"

"Haelah bocah kayak lu acara apaan?"

"Gue tuh sibuk!!"

"Sok sibuk lu!"

"Bomat!" ujarnya lalu ia pergi. Tanpa pamit. Nyelonong ae. Kayak kambing.:)

***

Rizky mengambil ponselnya yang berdering dari dalam saku celananya. "Halo Len, apaan? Tumben telfon.."

"Gue mau bilang sesuatu"

"Apaan?"

"Gue mau pindah sekolah"

"Hah? Kemana?"

"INS"

"Ngapain?"

"Biasa, gue ngejar target"

"Segitunya, serius lo ama tu target?"

"Ya nggaklah"

"Njiir.. Siapa sih?"

"Naza"

"Naza?"

"Naza Alfares Rik, adek kelas waktu SMP dulu"

Rizky menurunkan ponselnya. Ia tau apa arti ketidakseriusan Darlen. "Ya ampuun!" Rizky mengacak rambutnya frustasi.

***

"Kita di sini menyapa kakak kelas yang bertemu di jalan atau lewat" ujar Naza menjelaskan. Jeno mengangguk paham.

"Boleh aku bertanya?"

"Heum?"

"Apa kau suka pada pria itu?" tanya Jeno sambil menunjuk ke arah seorang pria. Tapi, Naza melihat dua orang. Yaitu Razafh dan Fariz.

"Siapa yang kau maksud?"

"Pria culun itu"

"Hei jaga perkataanmu, mungkin benar, tapi jaga batas wajar bicara mu tuan!"

"Heuh, ya! Benar, aku membuatmu tersinggung dengan mengatainya culun. Lalu apakah menurutmu dia tampan?"

"Tidak. Tapi, dia disiplin. Kau tahu? Aku suka pria disiplin"

Jeno hanya mengangguk mengerti.

***

Razafh sedang berbicara dengan Fariz perihal acara Bimbingan itu. Secara tak sengaja ia memutar pandangannya. Ia serasa melihat Naza.

Razafh kembali menoleh. Benar. Naza. Fariz mengikuti arah pandangan Razafh. "Naza!" spontan Razafh dan Fariz memanggil Naza dengan kompak.

"Bang Razafh, bang Fariz? Ada apa bang?" tanya Naza sambil melangkah menuju keduanya dengan diikuti Jeno di belakangnya.

"Eumm, nggak papa.. Perasaan hari ini kamu selalu sama dia, bahkan kamu terlihat begitu akrab dengan dia sampai-sampai teman-teman kamu merasa di abaikan lalu pergi meninggalkan kamu?! Emang dia siapa?" tanya Razafh. Razafh mengangkat kedua tangannya dan membentuk tanda kutip pada kata akrab.

"Em, kenalin bang, ini Kim Jeno dari...?"

"Jakarta"

"Jakarta? Harusnya dari Korea kan? Kayak Incheon, Seoul, Gyeonggi atau darimana gitu? Kok Jakarta?" tanya Razafh lagi. "Ya, karena saya campuran Indo-Korea"

Sumpah, Fariz jadi cengo karena Razafh bertanya banyak hal seperti kakak yang posesif sehingga menelusuri asal-usul teman adiknya. Lagian Razafh sama Naza kan seumuran?

"Trus? Kok akrab banget kayaknya?"

"Masa bang? Mungkin perasaan bang Razafh aja kali bang, lagian aku sama Jeno satu kelas juga bang"

"Oh?" hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Razafh sebagai balasannya tapi terkesan normal. Jeno menatap Razafh intens. Raut wajahnya menyiratkan kecemburuan. Apa mereka berdua suka pada Naza? Luar biasa! Bathin Jeno.

Drama In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang