Nine

3 1 0
                                    

Ketika rasa di hati tengah tumbuh subur, saat itu kau injak hingga mati dan menginggalkan bekas luka di setiap rasa itu ku ingat.
Naza Alfares


Selesai shalat dhuha Naza keluar dari mesjid. Saat sedang duduk di lantai untuk memakai sepatunya, tiba-tiba ia melihat Adza. Naza menyapanya sambil tersenyum. Lalu, "Za" panggil Razafh. Keduanya menoleh.

"Iya Zafh kenapa? Kamu kangen sama aku? Yaampun Razafh, jadi salting nih" ujar Nadza. Razafh menatap Nadza ngeri. Masih waras lo?

"Idih ogeb! Nggak usah gr deh lo! Gue ada perlu sama Naza bukan lo"

"Iya, aku. Trus apa lagi coba?"

Ingin rasanya Razafh menjitak kepala gadis ini bila ia tak ingat bahwa dia adalah perempuan.

Berbeda dengan Naza. Sumpah, Naza nggak ngerti. Dia dari tadi jadi penonton setia pertengkaran antara singa jantan dan singa betina.

"Udahlah Dza, gue..." tiba-tiba Razafh menghentikan ucapannya. "Astaghfirullah!!!" Ujarya sambil menepuk jidatnya. Razafh aslinya gini ya? Nggak cocok banget sama gue.. Bathin Naza.

"Maksud gue itu gue ada urusan sama Naza Alfares bukan Nadza Audyatama! Nama pake acara kembar sih!" Razafh ngedumel. Karena ocehan panjang lebarnya, Razafh dan kedua gadis itu jadi pusat perhatian.

"Ya ampun Jab! Naza sama Adza kok deketin dua-duanya sih? Nanti kena adzab lo Zafh mainin anak orang, kasian Adza kena php" ujar Varel sok dramatis.

"Iya, kasian dedek Naza, masih kelas sepuluh, lugu, polos, eehh sekalinya dapet buaya payau!" ujar Nino sok miris.

"Idih kok jijik ya bang aku dengernya?" tanya Naza. "Udahlah Za, ngapain sih mau sama Razafh? Lo liat sendirikan? Di hadapan Razafh tuh sekarang udah ada jodohnya.." Varel mulai beraksi. Maklum, buaya overdosis.

Saking overdosisnya Varel, nggak kenal tempat tampabg atau kelas yabg penting sambar terus. Kesambet kali yaa..

"Hiya-hiya bang, pantesan aja bang!"

"Lah iya, lo aja Za yang telat sadar yaelah... Jaringan lo apaan?"

"Lagi E bang"

"Oh pantes" jawab Varel dan Nino serempak.

***

Rizky duduk di meja kantin yang kantin sendirian setelah shalat dhuha. "Ngapain lo bengong ae? Ntar kesambet lu!" Ario mulai mengusik hidup Rizky yang semula santai kek di pantai sekarang kacau bagai pohon di lembah Harau -ngawur- membuat Rizky mengumpat.

"Anjir lo kampret!"

"Bhuahahaha.. Ternyata lo bisa juga ya ngomong begituan?"

Rizky menatap Ario. Tatapannya yang semula kesal berubah datar dan dingin. Yang pasti, ada resolver di dalamnya. Anjir, psikopatnya kambuh lagi... Bathin Ario.

Rizkypun kembali menatap ke bawah, ke permukaan meja yang kosong dan berwarna coklat. Perjodohan. Cinta bertepuk sebelah tangan. Oh Tuhan, dua hal itu membawa seribu kekacauan bagi Rizky.

"Rizky, Ario, OSIS ngumpul sekarang!" kata Faiza, ketua OSIS. Rizky dan Ario pun mengikuti Faiza.

"Oke, sebagian besar anggota OSIS kita akan go ke INS untuk mewakili sekolah kita menghadiri acara Bimbingan Pra Nikah Usia Remaja yang diadakan di aula Abdul Latief INS" ujar Faiza saat mereka sampai di ruang OSIS.

"So?" tanya Rizky. "Salah satunya lo Riz" jawab Faiza. "Semua yang ada di sini, adalah perwakilan, duapuluh satu orang" jelas Faiza.

Semua yang ada di ruangan itu mengangguk mengerti.

Drama In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang