Twelve

3 1 0
                                    

Entah apa yang terjadi, tapi aku merasa kau berubah. Ada apa denganmu? Jangan bersikap dingin yang membuatku merasa kehilanganmu.
Naza Alfares

Naza berjalan memasuki kelasnya. Saat tiba di pintu, Naza melihat Razafh lewat, menuju kelasnya. "Bang" sapa Naza. Berbeda dengan sebelumnya, Razafh tidak menjawab bahkan merasa terusik pun tidak. Wajahnya datar dan hanya menatap ke depan.

Lurus menatap ke depan. Padahal suasana sepi karena teman-temannya sudah pergi menuju ruang praktek jadi tidak mungkin Razafh tidak mendengarnya. Toh suara Naza lumayan keras.

Kenapa ya? Kok diem aja sih? Dasar es balok berjalan. Dingin ae dia bathin Naza kesal.

***

Razafh terus berjalan tanpa menghiraukan Naza yang berjalan. Sumpah, rasanya sesak. Mau dijawab lagi ngambek, nggak dijawab takut dibilang sombong jadi kakak kelas.

Tau deh ah! Ujar Razafh membathin. Razafh berjalan menuju kelas dengan pikiran kusut sekusut baju putihnya yang belum disetrika di hari minggu. Aelah.. Saat Razafh berada di ambang pintu, "hayo mikirin apa?" tanya Nino membuat Razafh kaget.

"Yaelah RESEK! Untung nggak punya riwayat jantung, kalo iya bisa mati gue!" gerutu Razafh. "Cehaa, pak ustadz marah! Atutu sayang!"

"Idih!!!" Razafh langsung berlari menuju mejanya yang berada di barisan paling depan. Berhadapan dengan papan tulis.

"Kenapa? Lagi ada masalah ya si hm hm?"

"Tau deh"

Nino mengode Varel. Varel yang semula duduk santai di mejanya kini berdiri dan berjalan ke depan. "Bukannya apa-apa ya Zafh, gue tau lo nggak suka pacaran-"

"Karena pacaran itu dosa" sambung Razafh. "Ya itu, nah, apa salahnya lo bilang ke Naza kalo lo suka sama dia? Cuma bilang nggak nembak kok, supaya lo tau dia punya perasaan juga nggak sama lo?"

"Nggak ah Rel, ntar gue disleding lagi ma abangnya"

"Apa urusannya sama abangnya?"

"Ya ada lah Rel, orang abangnya posesif gitu kok"

"Tau darimana lo?" tanya Nino. "Ya tau lah, dia cerita ma gue" jawab Razafh. "Gue bingung, sebenernya kalian sedeket apa sih?" tanya Varel. "Kalo lagi talent sama ekskul aja deketnya, itu juga ekskul doang yang deket, soalnya kan yang ngajar panahan gue?"

Nino dan Varel terdiam. Di satu sisi, Razafh dan Naza itu akrab banget. Di sisi lain mereka hanya saling kenal. Bingung nggak sih? Kalo iya, author juga bingung.

***

Fariz duduk di mejanya sambil melamun. Ia teringat sesuatu. "Oh iya, Naza sama Sisil itu kan satu kelas ya? Gimana kalo gue deketin Sisil? Siapa tau gue bisa kenal dia melalui Sisil" lalu senyum cerahpun terbit dibibirnya yang berwarna merah.

***

Bel istirahat berbunyi. Naza keluar kelas bersama teman-temannya tanpa Jeno karena ia sudah membuat si Oppa itu akrab dengan Gio. Toh Gio baik kok.

"Za, liat deh!" bisik Yani. Naza menengok ke arah pandangan Yani. Fariz sedang berbicara dengan Sisil. Kabar-kabar yang ia dengar,  Fariz emang lagi deket sama Sisil, dan ternyata benar adanya.

Untung aja berita t*i ayam itu beredar, jadi nggak aneh deh bathin Fariz sambil menatap Naza dengan ekor mata.

Drama In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang