Three

8 3 0
                                    

Disaat mata yang menatap ini ditutup, maka saat itulah aku mencoba menutup pintu hati yang kuncinya telah kau renggut.
Rizky Rafaeland

Rizky berusaha memikirkan cara agar sang mama tak menutup akses. Ya kali nggak sekolah? Mau jadi kuli? "Kenapa Ky? Ayoo, mikirin apa?"

"Jangan kepo deh!" jawab Rizky ketus. Ia sudah gondok melihat tingkah teman satu bangkunya itu. Ario.

Ario duduk di samping kanan Rizky, lalu menatap Rizky dengan tatapan mencurigai. Nih orang ngapain sih liatin mulu? Awas ya, ntar di ruang OSIS babak belur lo! Rizky membathin. Sungguh, andai bisa ia akan lari.

Oh ya, Rizky bisa lari tentunya. Lari dari kenyataan. Banyak kenyataan yang tak bisa ia terima. Berbeda sekolah dengan Naza. Sekelas bahkan sebangku dengan Tawon alias Ario.

Bagi Rizky Ario itu tak ubahnya bagai tawon yang mengganggu. Namanya keren ya?

"Lo ngapain liatin gue? Nah, gini nih! Orang kalo kelamaan jomblo ya gini, cowok aja dilirik! Dasar KurLa!"

"KurLa? Apaan tuh?"

"Kurang laku!"

"Ealah najis! Mendingan gue kurang, lah elu? Nggak laku-laku!"

"Ah masa iya? Gue panggil aja nih ya cewek-cewek yang ada disini pasti langsung nempel, sayang ya gitu, gue nggak player kayak lo!"

"Eh gue setia ya?"

"Iya setia, selingkuh tiap ari!" kemudian Rizky memukul kepala Ario dengan buku Biologi yang ia bawa.

***

Naza mencatat materi yang ia cari di google. Tak lama kemudian, "Za!"

"Hah? Iya bentar dikit lagi!" ucap Naza yang masih meneruskan catatannya. "Apaan?" Naza membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan Yani. "Bang Fariz itu..."

"Apa? Kenapa lagi dia? Udah ah Yan, jangan bahas, males banget sih!? Kayak nggak ada kerjaan yang lain aja!" balas Naza memotong ucapan Yani.

Emang, Yani terlalu suka mengungkit-ungkit perihal Naza yang pernah suka sama ketua OSIS itu.

Dan membahas orang itu, sungguh membuat kepala Naza ingin pecah atau kupingnya jadi panas. Yang benar saja kalau orang itu dibahas. Nggak penting.

Naza kembali fokus pada bukunya. Tiba-tiba ia ingat saat ia sedang latihan panah bersama Zena di tempat latihan dan diajarkan oleh Razafh.

Dan Naza masih ingat cara bicara Razafh. Ya, Naza sungguh kagum pada cowok itu meskipun ia culun.

Drama In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang