New Problem

1 1 0
                                    

Tiba-tiba...

Sebuah mobil melesat dengan kecepatan sedikit diatas sedang berhenti di ujung jalan tepat di samping laboratorium Kimia. Diikuti satu mobil lainnya. Kedua mobil itu berkaca gelap. Tak lama kemudian seorang perempuan turun dari mobil pertama. Perempuan yang kemarin menemui Razafh. Beberapa laki-laki  juga turun dari mobil lainnya. Berpakaian serba hitam. Sekitar lima orang. Dan...

Seorang  laki-laki muda turun dari bangku  kemudi mobil pertama. "Erlan..." Panggil wanita itu. "Kenapa tante datang lagi? Kan saya sudah bilang saya bukan Erlan. Dan kenapa juga tante bawa pasukan kaya gini?" lalu Razafh tertawa ringan. Ia sudah berdiri sekarang, dan berjalan di jalan aspal.

"Apa tante mau nyulik saya?"lagi-lagi ia tertawa. Naza hanya menyaksikan. Kemudian ia pergi ke kelasnya.

"Erlan! Apa maksud lo?" tanya laki-laki itu. "Ah iya anda sopirnya kan ? Ajak tante ini pulang... Saya rasa dia hilang ingatan" ujar Razafh santai. "Oh ya? Kayaknya elo yang hilang ingatan" ucap Arlan.

"Oh ya? Anda siapa? "

"Gue Arlangga Pratama Jonxiarlen"

"Oh Putra Arlen? Hhmm ya iya... Lalu dia? " Razafh menatap perempuan itu. "Dia nyokap gue.. Lo kenapa sih sebenarnya hah? "
"Huh? Gue? Kenapa? Ngga kenapa-napa tuh"

"Perlu gue kasih tau.. Gue ga hilang ingatan dan gue ga kenapa-napa. Kayaknya kalian yang hilang ingatan. Ya kan? Apa kalian lupa apa aja yang udah kalian lakuin ke gue? Sekarang setelah tiga belas tahun berlalu kalian...datang lagi. Atau kalian ga punya malu? Ya kali urat malu kalian udah putus"

"ERLAN " Arlan membentak Razafh.

"Apa hah? Ga puas lo? Lo belum puas atas semuanya? Kalian datang di saat gue udah berusaha mati-matian. Berusaha mati-matian demi hidup gue sendiri. Apa? Apa yang kalian tau tentang gue? Bukannya kalian  ingin gue ga ada lagi di kehidupan kalian? Kenapa kalian nyariin gue lagi? Apa lagi yang lo mau BRENGSEK!!??"

"ERLAN!!" seseorang dari belakang Razafh berteriak. Semua orang menoleh ke asal suara kecuali. Razafh. Ia benar-benar tidak tertarik. Lalu tiba-tiba seseorang menepuk bahunya agak keras. Ia berbalik dan...

Plak...

Pria itu menamparnya. "Apa kamu nggak punya sopan santun?" tanyanya. "Oh ya? Apa anda mengajarkan pada  saya apa itu sopan santun? Apa yang anda ajarkan pada saya? Tiba-tiba anda datang dan menampar saya. Itukah sopan santun? Heuh... Menurut saya anda tidak punya tata krama bertamu"

Hening...

Semua orang terdiam menatap Razafh. Naza masih duduk terdiam di kelasnya. Kepalanya ia letakkan di atas meja. Ia terus mendengarkan suasana di luar sana. Ia harap Razafh mampu berfikir jernih. Jangan sampai ia menyesali perkataannya sendiri. Suasana semua kelas sudah senyap dari awal. Mereka ingin tahu apa yang terjadi. Apakah sebuah permasalahan keluarga?!

"Kenapa? Kenapa kalian menghancurkan segalanya? Tiga  belas tahun saya mencoba berdiri sendiri. Sekarang di saat saya sudah berdiri. Di atas kaki saya sendiri. Kalian kembali. Hah. Apa kalian kurang kerjaan heum? Aish... Benar-benar..."

"Erlan... Maafin mama. Mama menyesal Erlan-"

"Apa anda pernah mendengar pepatah. Sesal kemudian tiada arti. So, simpan penyesalan itu"

"Erlan... Mama mohon mama minta maaf"

"Oh ya? Anda memohon saya memaafkan anda. Kesalahan anda terjadi sejak tiga belas tahun yang lalu"






















Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Drama In My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang