Part 9.) Sebuah Kenyataan

1.9K 69 2
                                    

AuliaPOV.


pagi hari...

Aku berusaha membuka mataku dan membiasakan cahaya masuk ke mataku.
Aku merasakan ada yang memelukku erat dari belakang.
Aku langsung membalikan badanku dan aku terkejut saat aku melihat Angga berada di dekat wajahku dengan hanya menyisakan jarak beberapa senti saja.
Aku terkejut saat Angga membuka mata dan mencium keningku sekilas.

"Morn sayang." Ucapnya seraya memberikan ciuman di keningku.

Aku hanya terdiam menatapnya dan tiba-tiba aku langsung mengingat kejadian semalam aku langsung bangun terduduk dan langsung meneteskan airmata.
Angga yang melihat aku menangis langsung bangun dari tidurnya dan menghapus airmataku.

"Sudahlah sayang kau jangan menangis, aku tidak bisa melihatmu menangis seperti ini." Ucapnya lembut sambil menghapus airmataku.

Aku langsung menepis kasar tanganya.
"JANGAN SENTUH AKU! DASAR KAU IBLIS! KAU MEMBUNUH ORANGTUAKU!" Bentakku di depan wajahnya.

Melihat aku membentaknya Angga menangkup wajahku lembut dengan kedua tangannya
"Aku melakukan semua ini karena, aku mecintaimu Aulia.." Ucapnya lirih dengan menatapku sayu.
"Apa kau tau rasanya di pisahkan dengan orang kau cintai selama bertahun-tahun?" Lanjutnya memberikan pertanyaan.

Aku hanya diam memperhatikannya.Aku tidak berani menjawab karena, aku takut salah menjawab dan aku takut Angga menyakitiku atau membunuhku seperti kedua orangtuaku.
Aku melihat Angga menarik nafas panjang.

"Rasanya....sesak sekali...rasanya seperti ingin mati ketika dipisahkan dengan orang yang kusayang selama bertahun-tahun." Ucapnya sambil memukul-mukul pelan dadanya dan menatapku.

Aku menatap wajahnya berusaha mencari kebohongan disana namun, hasilnya nihil karena, aku tidak menemukan ada kebohongan disana.

"Lepaskan aku Angga..biarkan aku pergi." Ucapku sambil menundukkan kepala dan meneteskan airmata.

Angga langsung mencengkram kedua pundakku.
"Nope! I'll never let you go again!" Teriaknya sambil menatap tajam mataku.
Warna matanya sangat hitam aku jarang menemukan ada mata berwarna hitam seperti itu.Dari matanya aku bisa melihat kebencian, dan dendam.
"You are mine! Always be mine!" Lanjutnya sambil mencium keningku lembut.

Tatapannya kembali lembut dan entah kenapa aku malah merasa nyaman.

'Bodoh! Aku harus pergi dari sini! Jangan sampai karena cinta kau menjadi buta!' Batinku.

"Ya sudah aku akan mandi di kamarku, kau mandilah dan pakai baju yang sudah kusiapkan di lemari." Ucapnya sambil tersenyum dan keluar dari kamarku.

Aku langsung menangis sejadi-jadi mengingat bagaimana orangtuaku mati mengenaskan di depan mataku.

"Hiks...hiks...maaf..kan..aku...Ayah..Ibu...aku terlalu lemah..hiks..hiks..bahkan aku tidak bisa melawannya...hiks..hiks." Ucapku  menangis sambil meringkuk memeluk kedua kakiku.
Aku menghapus kedua Airmataku.

Akhirnya, aku langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower, membiarkan air itu mengalir lama di kepalaku dan berharap semua ini hanyalah mimpi buruk.Namun, aku terdorong ke dunia nyata setelah mendengar suara mobil yang keluar dari mansion. Aku langsung menyelesaikan acara mandiku dan langsung keluar mengambil baju di lemari.
Aku memakai baju dress putih selutut dan membiarkan rambutku terurai.
Saat aku keluar kamar, ternyata di depan kamar sudah ada seorang laki-laki yang menungguku.

"Selamat pagi nona." Ucapnya seraya membungkuk.
"Kau siapa?" Tanyaku.

Laki-laki itu yang kuperkirakan berumur 20an menjawab sambil membungkukkan badannya.
"Saya Leo Fedrian, saya adalah tangan kanan kepercayaan tuan Angga, saya ditugaskan untuk menjaga nona selagi tuan pergi." Ucapnya sambil tersenyum.
"Pergi? Pergi kemana?." Tanyaku.
"Ada perkerjaan yang harus diselesaikan tuan di kantor."
Aku hanya mengangguk tanda mengerti.

MY BOYFRIENDS IS A PYSCHOPATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang