~4~

708 103 99
                                    

"Berapa persen kemungkinan anak saya sembuh, dokter?"

"Tiga puluh persen. Beberapa sarafnya kehilangan fungsi. Jika kalian mau, saya bisa merekomendasikan rumah sakit terbaik di Amerika."

"Tentu saja. Keselamatan anak kami adalah prioritas."

"Saya akan membuat surat rujukannya."

***
Aku berdiri memaku di balik pintu ruang ICU, mengintip dari kaca persegi di pintu--memperhatikan Jaebeom yang duduk di samping Youngjae, menggenggam tangan itu penuh hati-hati. Keningnya ia tempelkan pada telapak tangan itu.

Raut wajahnya kusut dan sendu. Tatapan matanya kosong.

Dia yang seperti itu kenapa aku yang sakit. Ingin ku menepuk bahu itu pelan, berbisik dengan suara lembut 'semuanya akan baik-baik saja.'

"Jinyoungie."

Kepalaku tertoleh ke arah suara lembut yang memanggilku. "Bibi, Paman."

"Maaf kami datang terlambat."

Aku menggeleng pelan. Nyonya Im, ibu Jaebeom, mendekat, tanganya meraih tubuhku dan mendekapnya erat. Saat itu juga tangisku lepas. Aku terisak pelan di pelukannya, kaki ku yang lemas sejak mendengar kabar kecelakaan itu dan segala perasaan campur aduk rasanya terlepas dalam dekapan hangat ibu Jaebeom.

"Semua akan baik-baik saja sayang. Jangan menangis."

Tepukan lembut juga aku rasakan, aku mengintip dari balik bahu ramping wanita paruh baya itu. Senyum hangat ayah Jaebeom menyambutku.

Aku bersyukur-- setidaknya perlakukan mereka tidak pernah berubah terhadapku. Mereka masih sehangat dan seperhatian ini.

"Dimana kedua orangtua mu?"

"Berbicara dengan dokter. Dan Jaebeom oppa di dalam menemaninya Youngjae, Paman. "

"Kami harus berbicara dengan kedua orangtua mu. Jika Jaebeom sudah selesai, ajak dia pulang ke rumahmu. Kita semua harus bicara."

***
"AKU TIDAK SETUJU!"

Gebrakan meja membuatku terkejut. Aku hanya melirik Jaebeom yang emosi dari sudut mata.

Kami; aku, ayah, ibu, Jaebeom dan kedua orangtuanya sedang di rumahku, duduk di ruang tengah.

"Jadi harus bagaimana, Jaebeom? Youngjae harus berobat ke Amerika."

"Eomma, aku akan ikut bersamanya. Aku akan merawatnya sampai sembuh."

Terdengar isakan pelan ibu ku. Ibu terus menangis sejak semalam.

"Kami tidak masalah jika pernikahan ini dibatalkan. Aku akan bertanggung jawav penuh--"

"Ini bukan soal tanggung jawab tuan Park. Harga diri keluarga Im, saham dari Paradise group. Dan kursi direktur yang seharusnya menjadi milik Jaebum."

"Appa!"

"Jaebeom! Kamu lupa perjanjian kita? Kani setuju Youngjae menjadi menantu keluarga Park asal kamu menggantikan appa di perusahaan."

Jaebeom menyisir rambutnya frustasi. "Demi Tuhan. Youngjae sedang terbaring koma dan kalian masih membicarakan perusahaan?!"

"Perusahaan itu adalah hasil jerih payah appa, tentu saja. Kami tidak akan membiarkan perusahaan jatuh ke tangan paman mu yang tamak."

"Bagaimana jika tetap langsungkan pernikahan. Setelahnya Jaebeom dan Youngjae berangkat bersama ke Amerika. Kami akan lebih tenang jika Jaebeom yang merawat Youngjae."

Be Your Star - JJP (Sequel On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang