~6~

684 111 50
                                    

"Eomma~ aku merindukan eomma."

"Jinyoungie, eomma juga merindukanmu."

Aku mengangguk kecil, tersenyum simpul melihat eomma yang menatapku dengan senyuman terindah yang pernah aku lihat.

"Kemarilah sayang."

Aku mengikuti langkah eomma yang berjalan di depanku menuju sebuah cahaya di depan sana.

Kedua manik mataku berbinar saat melihat taman indah di penuhi bunga, pepohonan rindang, danau yang airnya sangat jernih.

Ku biarkan eomma menggandeng tanganku, kami berjalan menuju pohon besar rindang yang berada di tengah taman. Kemudian memutuskan untuk duduk berdua disana.

"Tempat ini bagus sekali. Apa eomma tinggal disini?"

Eomma mengangguk kecil. Tanganya terulur mengusap surai ku yang tergerai.

"Uri Jinyoungie sudah besar. Kamu tumbuh menjadi gadis cantik yang kuat."

Aku menggeleng kepalaku cepat, detik kemudian berhambur ke dalam pelukan hangatnya.

"Maaf eomma. Aku mengecewakan eomma. Aku tumbuh besar menjadi seorang yang lemah dan penakut. Eomma, bisakah aku tinggal saja disini bersama eomma?"

"Belum saatnya untuk mu tinggal bersama eomma."

"Lalu, kapan saatnya? Aku lelah-- aku ingin bersama eomma saja."

"Jinyoungie percaya pada eomma, kan?"

Aku mengangguk pasti. Pandanganku mulai buram oleh air mata yang kini menggumpal di pelupuk mataku.

"Eomma tidak pernah meninggalkan mu sendiri. Eomma akan selalu disini menjaga Jinyoung. Jangan pernah menyerah sayang. Sesuatu yang baik, kebahagian, tidak mudah untuk di dapatkan. Kamu harus berani berkorban dan berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya."

"Eomma..."

***
Sebulan setelah pernikahan

"Eomma--"

"Jinyoung...Jinyoung."

Kedua kelopak mataku terbuka. Aku tersentak melihat wajahnya begitu dekat denganku.

"Syukurlah Jinyoung sudah sadar."

"Aku sudah bilang dia hanya pingsan. Eomma terlalu khawatir." Jaebeom mendengus.

Aku memegang kepalaku yang terasa sakit, pandangan mataku masih buram.

Yang tadi hanya mimpi? Untuk pertama kalinya aku memimpikan ibu ku.

"Bagaimana tidak panik. Jinyoung berendam air hangat sampai pingsan."

Nyonya Im, ibu mertua ku mendekat, ia mengelus rambutku, tatapannya tampak khawatir.

"Eomma, aku tidak apa." Ucapku lembut. Berusaha menenangkan wanita paruh baya itu.

"Memang tidak apa. Lain kali jika ingin mencari perhatian tidak perlu seperti ini! Kamu membuat semua orang panik. Aku punya banyak kerjaan. Tidak ada waktu untuk tindakan konyolmu!"

"IM JAEBEOM!"

Jaebeom berdecak, ia pergi keluar kamar tanpa melirik ku sedikitpun.

Aku hanya bisa menghela napas pelan. Aku tidak bermaksud membuatnya marah. Tadi siang aku berendam untuk merileks kan tubuh dan pikiran ku yang letih.

"Jangan hiraukan kata-kata Jaebeom. Dia memang tempramental."

"Aku yang salah eomma."

"Tidak ada yang salah. Lain kali jangan berendam terlalu lama di cuaca panas seperti sekarang. Untung Bibi Jung ke kamar mencarimu.

Be Your Star - JJP (Sequel On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang