Terkadang banyak hal yang terjadi dan menimbulkan pertanyaan tanpa jawaban.
Sama seperti kita. Hal yang terjadi, banyak pertanyaan namun tidak menemukan jawaban apapun.
Jika kamu terus bungkam, maka selamanya kisah kita hanya ilusi tak berwujud.
Menekan egoku, membebaskanmu adalah pilihan terberat namun juga buatku lega. Sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi tentang kita atau tentang dia.
Kisah pilu ini cukup aku yang tahu bersama diary dan dinding kamarku yang tak bergema.
Selamat tinggal cinta pertamaku, kali ini aku pergi untuk selamanya. Dan takkan pernah kembali. Aku melepaskanmu, bebas.
Terbanglah sejauh mungkin, raih kekasih hatimu. Ia kini semakin membaik, hari demi hari aku merawat dan menunggu sampai ia sadar agar kau bisa kembali merengkuhnya.
Terimakasih atas beberapa bulan ini, sikap sederhana yang manis yang kau tunjukan walau tanpa suara cukup buat hari-hari terakhirku bahagia.
Walau banyak luka diantara kita, namun aku tak pernah menyesal menjadikanmu cinta pertama...dan mungkin terakhirku.
Berbahagialah dengannya, oppa. Ketika oppa membaca surat ini. Aku sudah pergi. Maafkan aku yang pergi tanpa pamit bagai pengecut. Aku hanya terlalu takut untuk, aku tidak siap membayangkan reaksimu yang entah bagaimana.
Sekali lagi maaf. Jaga dirimu baik-baik, dan tolong jaga Youngjae untukku.
Ttd, Jinyoungie
---------------------------------------------------------
Jaebeom meremat kertas surat yang baru saja ia baca. Raut wajahnya berubah marah, rahangnya menggeras.
Ia mengambil surat cerai yang dibawakan oleh pengacara Jinyoung, merobeknya lalu membuang serpihannya ke udara.
"Dimana dia?!" tanyanya dengan penuh penekanan dan raut serius.
"Saya tidak tahu Tuan Im. Saya kesini hanya untuk menyampaikan amanat." jawab Sang Pengacara.
"Katakan padanya aku tidak akan menandatangani surat apapun!!"
"Suruh Jinyoung kembali atau aku akan memenjarakanmu sialan!!" geram Jaebeom marah.
"Sudah saya katakan, saya hanya mengantar amanat. Jika anda tidak mau tanda tangan, mari bertemu di pengadilan--"
Jaebeom melangkah lebar, ia menarik kerah baju Si Pengacara. "Berani sekali kau menyembunyikan istriku!!"
"Istri?" dengusnya mengejek.
"Apa anda memperlakukan Jinyoung sebagaimana layaknya seorang istri?Saya rasa tidak!"
"BAJINGAN!!"
"JAEBEOM HENTIKAN!"
Tangan kanan Jaebeom terangkat ke udara, kepala tangannya siap melayang meninju pengacara Jinyoung jika saja ibunya tidak masuk ke ruang kerjanya.
Ibu Jaebeom menarik lengan Jaebeom, memaksa lelaki itu untuk melepaskan kerah baju Sang pengacara.
"Jaebeom lepasin dia! Amarah tidak akan membawa Jinyoung kembali!" bentak Nyonya Im.
Jaebeom melepaskan cengkramannya, ia berbalik memunggungi ibu dan pengacara itu. Ia menyisir rambutnya kasar dengan jemari sambil berteriak frustasi. "AARRGGHH PARK JINYOUNG!!"
"Park Chanyeol-ssi, pergilah dulu. Jika bisa, tolong sampaikan ke Jinyoung saya ingin bicara." kata Nyonya Im
Pengacara bernama Park Chanyeol itu membungkuk sopan, lalu pergi tanpa mengucapkan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Your Star - JJP (Sequel On Going)
Fanfiction"Jika kamu tidak keberatan, aku hanya ingin seperti ini. Mencintaimu, selamanya." Kalimat itu terucap tanpa ia sadari. Manik matanya telah basah oleh air matanya sendiri. Kalimat yang tidak seharusnya Park Jinyoung ucapkan saat itu, kalimat yang me...