**
Kiki melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia meruntuki dirinya sendiri ketika di rasa kamar bungsunya terasa jauh.
Kiki berlari karena tak sabar. Ia ingin meihat kondisi si bungsu yang demam itu.Kiki bernafas lega, melihat kedua anaknya tengah tertidur dengan lelap. Walaupun salah satu dari mereka merasa gelisah dalam tidur. Ia Iqbaal, mungkin faktor kurang sehat.
Kiki mendekati kedua anaknya. Memeriksa suhu tubuh Iqbaal. Terasa sangat panas. Kiki khawatir akan itu.
Maka dari itu, ia mengelus pipi gembil sang anak supaya bangun dan makan.
Iqbaal yang memang tertidur kurang nyaman, dengan cepat terjaga.Kiki tersenyum, Iqbaal menatapnya dengan berkaca.
"Papa... hiks.""Mana yang sakit sayang? Biar papa obati. Jangan menangis! Jangoan tidak boleh menangis."
Bukanya mereda, tangisan Iqbaal malah semakin keras.
Aldi yang berada di sampingnya, merasa terganggu dan kembali terjaga."Papa," ucapnya.
"Pindah ke kamarmu gih, Al! Papa akan menjaganya."
Aldi mengangguk saja dan berjalan keluar.
Kiki duduk di tepi ranjang Iqbaal.
Iqbaal juga ikut terduduk dan memeluk papanya."Hiks.. hiks.. papa... sakit. Badan Iqbaal sakit.. hiks."
Kiki menciumi Iqbaal. Ia merasakan tubuh panas sang anak saat memeluknya.
"Sudah minum obat? Hmm..."
Kiki dapat merasakan gelengan sang anak."Kenapa? Katanya sakit?"
"Pahit, papa."
"Namanya juga obat, sayang. Papa suapin bubur ya! Agar bisa minum obat."
"Tidak mau.. Iqbaal tidak mau makan. Iqbaal mau peluk papa saja."
"Papa tidak mau di peluk sama orang sakit."
"Huwaaa..... kakak.." Iqbaal menangis sejadi-jadinya mendengar perkataan sang papa.
"Makan atau papa tinggal?" Ucap Kiki tegas. Dengan tersenggal, Iqbaal menjawab.
"Makan.""Nice." Kiki kembali menidurkan Iqbaal.
"Kau tunggu papa memasak bubur dulu ya."
"Tidak mau! Iqbaal ikut."
"Kau kan sakit sayang. Papa sebentar kok." Kiki mengecup dahi sang anak sebelum beranjak.
**
Setelah mengurus sakitnya Iqbaal yang membuatnya pening, Kiki juga ikut rebahan di samping Iqbaal.
Ia memejamkan matanya sembari memeluk Iqbaal yang baru tertidur itu."Cepat sembuh sayang," ucapnya sebelum tertidur.
Tengah malam, Iqbaal kembali terjaga dan menangis.
Kepalanya semakin sakit, ia merasa kamarnya berputar dan itu membuatnya takut."Pap..papa," ucapnya pelan. Ia mencengkram kepalanya dan menjambak rambutnya. Mencoba untuk menghilangkan sakit di kepalanya.
Kiki yang peka, akhirnya membuka matanya.
"Kenapa sayang? Apanya yang sakit?" Tanyanya panik."Sakit pa, kepala Iqbaal sakit, hiks.."
Kiki memijat kepala sang anak.
"Kita ke rumah sakit saja ya?""Tidak.. hiks, Iqbaal tidak mau.. hiks.. Iqbaal mau papa saja.
Sakit papa, hiks.."Kiki memeluk Iqbaal sembari mengelus punggung Iqbaal supaya tenang.
"Papa tidak bisa mengobati sakitmu kalau kau tidak mau berobat.
Kita kerumah sakit saja ya?""Tidak, Iqbaal mau papa saja, hiks.."
Kiki memutar otak. Lalu, ia mengambil ponselnya dan menelepon dokter pribadinya. Ide itu, baru muncul di kepala tampannya.
"Sebentar lagi dokter Bagas akan datang untuk mengobatimu," ucapnya.
"Iqbaal tidak mau di suntik, hiks."
Kiki menghapus air mata sang anak sembari tersenyum.
"Dokter Bagas tidak akan menyuntik Iqbaal jika sakit Iqbaal tidak parah.""Benarkah?" Iqbaal mendongak. Menatao wajah tampan papa. Papa tersenyum dan mengangguk.
"Kalau begitu Iqbaal sudah tidak sakit. Iqbaal tidak butuh suntikan dan obat dokter Bagas.
Bagi Iqbaal, pelukan papa adalah obat," ucap Iqbaal yang membuat Kiki terkekeh."Papa terbang sayang."
Cup... dan kemudian, Kiki mengecup dahi panas Iqbaal dengan penuh sayang.
"Terima kasih sayang, sudah menghadirkan Iqbaal di dalam kehidupanku.
Terima kasih sudah memberiku kepercayaan untuk menjaganya.
Ketahuilah, dihatiku, namamu masih terukir indah, istriku."

KAMU SEDANG MEMBACA
CJR familly
Fanfiction"Pa, Iqbaal harus bagaimana? kenapa mama melahirkan Iqbaal dengan ketampanan ini?" Teuku Iqbaal Ramadhan (15 tahun) "Salahkan saja ketampananku yang membuat kalian ingin menjadi pacarku. Karna aku baik, aku tidak bisa menolak kalian." Teuku Aldi Si...