Athea berjalan santai keluar dari minimarket di dekat rumahnya. Ia benar-benar di buat terkejut saat ia keluar dari minimarket, dan malah mendapati seluruh kompleks nya gelap gulita. Ia tak menyangka jika akan ada pemadaman listrik secara mendadak begini. Ingin rasanya ia menyalahkan menteri yang bertugas menanggung masalah listrik dan segala embel-embelnya.
"In the day bleeds.. Into night fall..." ucapnya bersenandung pelan, mengikuti ritme lagu dari sepasang earphonenya. Berusaha tak memedulikan lingkungan sekitarnya yang sudah gelap gulita. Padahal, ia terkenal parno dengan 'gelap'. Tapi, entahlah. Mungkin, malam ini, Athea sedang mencintai kegelapan.
Hingga tak terasa jika ia sudah menginjakkan kakinya didepan rumahnya yang bercat putih susu. Rumah paling sederhana dari rumah milik tetangga yang lain, menurutnya. Ia berjalan masuk, dan menutup pagar rumah hingga menyebabkan suara decitan layaknya pagar berkarat yang baru saja ditutup.
"Hello, Athea is back?" ucapnya saat baru saja membuka pintu dan tak mendapati satu orangpun didalamnya.
"Mungkin lagi pada keluar?"
Athea tak memedulikan rumahnya yang kosong. Ia terus berjalan menuju kamarnya. Hingga diambang pintu kamarnya, dirinya teringat sesuatu yang membuatnya berhenti saat itu juga, "Ya ampun, Bunda!" ucapnya sambil menepuk dahi.
Ia bergegas lari keluar dari rumahnya, sebelum ia mendengar suara bisikan seseorang dari kamar milik orangtuanya. Jelas Athea langsung mendekati sumber suara itu. Bukan Athea namanya, jika ia mau menyia-nyiakan kesempatan dalam kesempitan begini.
Ia mulai mengintip dari celah pintu kamar sang Bunda yang tak ditutup rapat. Dan entah kenapa membuat kedua matanya terbelalak dan lari tergopoh-gopoh menjauhi objek yang baru diamatinya. Ia lari keluar rumah sederhana itu dengan nafas yang terpenggal.
..
"The, lo kenapa?" Tanya Jaemin khawatir, saat melihat Athea terdiam sejak kedatangannya ke rumah sakit, dan tak hype seperti biasanya.
Athea menggeleng pelan. Daripada meladeni Jaemin, ia lebih memilih memakan soto ayamnya. Walaupun, hanya satu sendok. Jaemin yang melihat kekasihnya diam, tak seperti biasanya itu, langsung menggenggam tangan Athea, dan menautkan jemari cantik nya pada jemari milik dirinya. "Lo kenapa? Cerita sama gue, ya?" Tanyanya lagi, berusaha untuk membantu Athea dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Athea menggeleng, dan sekuat tenaga mungkin, ia ingin melepaskan tautan jarinya dengan Jaemin. Tapi, sudah pasti Jaemin lebih kuat dibandingkan dengan dirinya. "Gue mau, lo lepasin tangan lo." ucapnya datar.
Jaemin semakin dibuat bingung oleh sikap Athea yang aneh sejak bertemu diri nya pagi tadi. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi pada gadis dihadapannya ini? Jaemin pasti dibuat gila, jika Athea terus bersikap seperti ini setiap harinya.
"Cerita dulu, ya?" bujuknya lagi.
Athea jelas-jelas menggeleng, menolak permintaan kekasihnya untuk kali ini. Bagaimana mungkin ia harus menceritakan apa yang telah ia lihat pada kekasihnya? Apa reaksi Jaemin saat mendengar dirinya bercerita tentang apa yang telah ia lihat malam tadi? Tidak mungkin, kan jika ia harus terus terang secepat ini? Diri nya masih mempunyai urat malu.
"Ya udah, gue anter lo pulang ke rumah, ya?" Tawarnya, berbaik hati. Yang lagi-lagi dibalas gelengan oleh Athea.
Jaemin bingung sudah kali ini. Entah apa yang harus ia lakukan kali ini, ketika Athea terus menolak permintaannya, "Ke rumah gue, mau?" Tawarnya sekali lagi.
Athea mengangguk. Dari sekian banyaknya kata yang telah Jaemin ucapkan, mengapa Athea baru mengangguk saat Jaemin mengajaknya untuk datang, dan bertamu ke rumahnya?
Oh God.
..
"Belom mood buat cerita?"
Athea menggeleng dengan cepat. Seketika, tangisannya pecah dan membuat Doyoung yang berada dikamar atas lari menuju kamar adiknya, Jaemin.
"Lo kenapa, The?" tanya Doyoung panik saat pintu kamar Jaemin terbuka dan menampilkan Athea yang sedang menggenggam tangan Jaemin.
Athea sontak menatap lelaki yang kini masih berdiri diambang pintu itu, dan air matanya kini kembali menetes, "Kak Shasa——" ucapnya terpotong oleh tangisannya yang kembali memenuhi ruangan seluas 3 x 3 meter itu.
Doyoung kini berhasil dibuat membeku. Apa yang terjadi pada Shasa saat ini? Pantas saja, sedari tadi ia hubungi selalu tidak dijawab dikarenakan ponselnya yang memang tidak aktif.
Tapi, tahukah Shasa, jika gadis itu telah membuat Kim Doyoung merasa hampir mati berdiri hanya karena rasa cemasnya sedari tadi pagi menunggu kabarnya yang tak kunjung diterima.
Hai, apakabar? Maaf aku late banget up nya huhu~ dan actually part ini kelewat sama part 14 dong ㅠㅠ
btw, ada apa dengan Shasa?TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] SHASA | Yeh Shuhua [COMPLETED]
Novela Juvenil[ c o m p l e t e d ] Keduanya bukan sengaja bertemu saat Senin lalu. Melainkan keduanya dipertemukan oleh dua faktor; keterlambatan Doyoung dan penggantian jabatan ketua OSIS Shasa. Keduanya memang tak akur, bahkan sulit untuk disebut sebagai 'ken...