Jujur, kalau ditanya kesal atau enggaknya Doyoung sama Athea, jawabannya adalah kesal— sangat kesal.
Kenapa adik Shasa itu sangat suka membuat Doyoung penasaran seperti ini? Kalian tau, kan kalau Doyoung ini tipe manusia yang active mengenai satu hal tentang Shasa yang masih tak jelas apa keterangannya didalam hidup cowok itu.
Dan, kini Doyoung berada di rumah sakit— tempat satu-satunya yang ia yakini sebagai tempat Shasa berada.
Ia sudah coba melihat ke ruangan sang Bunda Shasa untuk mengetahui keberadaannya, namun tetap saja sosok yang dicarinya itu tak ada ditempat.
Doyoung menjatuhkan bokongnya pada jejeran bangku rumah sakit. Kedua matanya ia pusatkan pada ujung sepatu yang dipakainya saat ini, kepala dan perasaannya saling berteriak menyerukan kepadanya untuk mencari Shasa lebih jauh dan jangan sampai berhenti di titik ini.
Merasa tak ada pilihan lain, Doyoung meraba saku celananya untuk mencari ponsel yang kini menjadi satu-satunya harapan untuk menemukan gadis yang kini sedang dicarinya dan mengeluarkannya secepat mungkin.
Ditekannya nomor yang tertera pada layar ponselnya, dan nama Shasa kini menjadi satu-satunya nama yang terpampang jelas di layarnya.
Panggilan pertama, "Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi."
Doyoung menggelengkan kepalanya kebingungan bercampur frustasi, tak tau lagi mau mencari gadis itu kemana. Meskipun hanya sekali memanggil, Doyoung tahu betul kalau Shasa bukanlah gadis yang mau capek-capek menunggu panggilan ketiga, yang artinya mungkin gadis itu benar-benar ingin sendiri dan tak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk dirinya.
Merasa tak bisa berbuat apa-apa, Doyoung kini melangkah hendak keluar dari area rumah sakit sebelum ponsel digenggamnya itu bergetar.
Dilihatnya ponsel yang kini ditatapnya secara seksama, dan terpampang jelas nama Shasa pada lockscreen ponselnya.
"Halo Sha, lo dimana? Gue di rumah sakit, dari tadi bolak-balik nyariin lo." ucapnya kesal.
Sedangkan, yang ia dapat dari suara di seberang sana adalah kekehan kecil, "Gue di rooftop, kesini aja kalo penting, Doy."
Mendengar kata rooftop, Doyoung langsung melangkahkan kakinya menuju tempat itu, "Sip, gue kesana. Jangan lakuin hal-hal aneh selama gue belum disana, Sha."
"Haha iya, Doy. Makanya buruan."
"Udah dulu, biar gue fokus jalan kesana." tanpa menunggu persetujuan lawan bicaranya, Doyoung main menekan tombol merah pada layar ponselnya yang berarti panggilan diakhiri olehnya secara sepihak.
Benar saja, setelah memasukan ponselnya ke dalam saku celana, Doyoung sedikit berlari melewati beberapa lorong rumah sakit yang kalau boleh jujur, menurutnya sedikit menyeramkan persis seperti adegan pada film horor yang sering ditonton Jaemin di rumah.
Tanpa menunggu waktu lama, ia sudah sampai ditempat yang menjadi tujuan dari lari-lariannya tadi. Dan bisa ia lihat sosok gadis dengan rambut hitam sepanjang bahunya yang kini sedang duduk sambil memandang cerahnya langit kota siang ini.
Tanla ragu, Doyoung melangkahkan kakinya ke arah gadis itu. Ia tak takut, karena setahunya kuntilanak di film film itu memiliki rambut hitam sepanjang pinggul, bukan bahu.
Sedikit lagi langkahnya akan dekat dengan gadis itu, rupanya gadis itu sudah menyadari keberadaan Doyoung lebih dulu, "Cepet banget, ada apa sih sebenarnya, Doy? Tumben banget lo sok-sokan cariin gue gini." ucapnya sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] SHASA | Yeh Shuhua [COMPLETED]
Teen Fiction[ c o m p l e t e d ] Keduanya bukan sengaja bertemu saat Senin lalu. Melainkan keduanya dipertemukan oleh dua faktor; keterlambatan Doyoung dan penggantian jabatan ketua OSIS Shasa. Keduanya memang tak akur, bahkan sulit untuk disebut sebagai 'ken...