shasa : 10

115 14 2
                                    

[Shasa Pov]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Shasa Pov]

Aku masih berdiam diri ditempat tidurku. Tanpa menghiraukan sahutan adikku, Athea yang tak ada bosannya mengetuk pintu kamarku sedari tadi.

"Kak Shasa, Thea masuk ya?" Tanya nya dibalik pintu masih asik mengetuk pintu.

Aku heran, apa tangannya tak keriting sedari tadi terus mengetuk pintu kamarku?

Aku berusaha menarik selimut ku berharap semakin menutupi tubuhku. Aku benar-benar ingin sendiri malam ini. Mendengar dentuman jam dinding saja membuatku frustasi. Padahal setelah ku sadari, jika jarum jamnya benar-benar berhenti, tandanya aku benar-benar sendirian di planet yang ku tinggali saat ini.

"Shasa, bunda mau ngomong sama kamu," ucap bundaku yang menggantikan posisi Athea sebagai pengetuk pintu di luar sana.

Jika ada perlombaan mengetuk pintu, mungkin aku akan mendaftarkan nama mereka berdua di perlombaan itu. Aku jamin mereka akan mendapatkan medali.

"Bunda masuk ya?" Tanyanya lagi yang masih tak ku hiraukan.

Tak mau merasakan panas ditelinga, aku pun berusaha keras untuk memejamkan mata, tidur. Hingga suara engsel pintu sampai ke telingaku. Aku pun membalikkan tubuhku menghadap pintu.

klek

Aku lupa jika setiap rumah pasti memiliki kunci duplikat.

"Sha, kamu kenapa? cerita sama bunda," ucapnya sambil menutup pintu dan berjalan ke arahku ditemani Athea dibelakangnya.

Aku menggeleng pelan. Mereka sudah tau aku tak akan bercerita tentang apapun yang sudah kualami beberapa tahun terakhir.

"Bun, biar Thea aja ya, yang ngomong sama kak Shasa?" Tanya Athea ditemani tangannya yang mengusap pelan bahu bundaku-Taeyon.

"Tapi, The-"

"Nggak apa-apa kok, bun," ucapnya cepat memotong perkataan bunda.

Akhirnya bunda mengangguk pasrah dan berjalan keluar. Meninggalkan aku dan Athea diruangan ini. Aku masih enggan bertegur sapa dengan Athea sejak kejadian aku bertemunya di rumah megah tempo hari.

Berbeda dengan Athea yang sudah kurasakan terduduk ditepi ranjang dan meraih tanganku. Jujur, aku merindukan adikku. Tapi aku tak mungkin luluh begitu saja dengan sikapnya.

Aku masih tak menggubris setiap gerak-geriknya. Aku hanya terhanyut dalam diam tentu ditemani air mataku yang sedari tadi mengalir membasahi wajahku.

"Kak, Thea mau jelasin kejadian waktu itu," ucapnya sengaja digantungkan. Membuatku semakin terdiam dan menghentikan tangisanku sesaat.

"Tapi dengerin gue dulu ya?" sambungnya lagi. Dan aku masih tetap diam. Menunggu ia melanjutkan ucapannya.

Aku bisa mendengar ia menghembuskan nafasnya gusar. Dan itu membuatku merasa dalam awkward moment. Padahal dia adalah adikku. Aneh, bukan?

[✔] SHASA | Yeh Shuhua [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang