18. Pengacara

9.7K 492 2
                                    

Setelah diwisuda beberapa minggu yang lalu aku resmi menyandang status sebagai pengacara---pengangguran banyak acara. Di jaman modern seperti saat ini mencari pekerjaan memang susah, jumlah SDM yang tinggi, tidak sebanding dengan luasnya lapangan pekerjaan.
Hal itu makin diperparah jika kita tidak punya koneksi dengan orang dalam dan tentu saja uang, makin susah saja orang mau mendapat pekerjaan.

Miris memang, oknum tak bertanggung jawab memanfaatkan hal tersebut untuk mencari keuntungan sendiri. Tes CPNS misalnya, banyak peserta yang mempunyai kemampuan, harus rela tersingkir oleh peserta yang punya uang tapi tidak memiliki kemampuan. Membicarakan keadilan di negeri ini memang tidak ada habisnya.

Semenjak di wisuda aku memang menganggur di rumah, membuatku seperti orang tak berguna. Kegiatanku selama ini hanya menghirup udara dan makan agar tetap bertahan hidup disela-sela aku mulai lelah rebahan . Sepertinya, kalau ada lomba rebahan aku bisa menyabet gelar juara saking tingginya jam terbangku.

Beda lagi kalau aku sudah bosan di rumah, aku akan pergi ke kampus untuk sekedar legalisir ijazah atau ngrecokin Vinny yang sedang membuat tugas. Kalau Vinny sudah mencak-mencak, baru aku lari ke ruang BEM, untuk menyelamatkan diri dari amukan Vinny atau kadang juga untuk menyapa junior-junior ku di sana.

Tapi saat ini aku lagi tidak mood untuk ke kampus. Aku berguling guling ria di atas ranjang  dan mulai melancarkan aksiku menghasut Vinny.

“Vin, gabut sumpah! Kamu bolos kuliah aja deh. Ikut aku nongkrong ke mall! Di Matahari ada diskon tas loh.” Kataku saat VC dengan Vinny. Vinny terlihat sedang mengetik sesuatu di laptopnya, mungkin dia meyenderkan ponselnya di monitor laptop.

“ Bodo! Aku gak minat sama sekali.” ucap Vinny tanpa menatap ku.

“Aku bayarin gimana? Kamu boleh milih tas merk apa aja.” Rayu ku.

Vinny mendelik ke arahku “ Udah deh kamu jangan ngehasut aku terus, iman ku kali ini tidak akan goyah!” Ucapnya.

“Ayolah Vin, masa kamu tega biarin aku berkeliaran di mall sendirian. Nanti kalau aku diculik gimana?” Ucapku sambil merubah posisiku dari tengkurap menjadi telentang.

“Cih, drama banget. Penculik juga mikir dua kali kalau mau nyulik kamu. Bukannya utung malah buntung. Makannya banyak, absurdnya naudzubillah. Belum lagi ketiga herder lorengmu itu, pasti tidak akan tinggal diam jika kamu di culik.” Ketus Vinny sambil kembali sibuk mengetik.

“Idih, kok ngeselin.” Cibirku.

Vinny memutar bola mata malas “ Lagian kamu itu Jomblo sama punya pacar kok gak ada bedanya, ajak mas Yudha sana. Aku lagi sibuk bikin makalah.” Lanjutnya menatapku jengah.

“Plis deh Vin, mas Yudha bukan pengangguran jam segini doi lagi dinas lah.” Aku mencoba peruntungan, siapa tau Vinny akan luluh xixixi.

“Ya suruh aja dia bolos.” Ucapnya Cuek

“ Enak saja. Aku gak akan biarin mas Yudha makan gaji buta ya! ” Jawabku.

“ Terserah deh Ra! Aku beneran lagi sibuk. Aku matikan dulu ya! Bye. ”

Tut....

Okey, sepertinya Vinny memang lagi mabok makalah. Teganya dia mematikan sambungan telfonku, hiks.

Aku bangkit dari acara rebahanku, melemparkan ponsel sembarangan di atas ranjang king size milik ku. Kepalaku sudah pening, seharian melototin benda pipih yang kadang membuat manusia lalai akan kewajibannya. Mas Yudha seharian juga tidak ngasih kabar. Hanya tadi pagi dia mengirimiku pesan, berpamitan akan pergi ke Singosari untuk pertandingan Yongmodo, itu loh sejenis ilmu bela dirinya militer.

DEJANIRA (Terbit Ebook di Play Store) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang