13. Pamitan

10.7K 519 2
                                    

“ Dek..hey kamu mau kemana?”

Ternyata mas Yudha tidak menyerah, dia ikut keluar dari mobil dan kembali mencekal lenganku. Sepertinya bakal terjadi drama panjang tak berkesudahan.

“ Mas lepasin, Rara mau masuk ke dalam.” Jawabku lembut selembut omongan orang kalau mau hutang.

“ Oke mas lepasin, dan mas ikut masuk.”
Mas Yudha tetap tidak melepasku meskipun mendapat tatapan aneh dari orang-orang disana. Bu Susi tolong tenggelamkan Rara! Rara Malu ditatap seperti ini.

Sedari kami turun dari mobil memang sudah menjadi pusat perhatian, apalagi dengan mas Yudha yang memakai seragam dan wajahku yang sembab karena kelamaan nangis. Mungkin orang mengira aku habis di aniaya aparat satu ini.

“Rara mau beli pembalut sekalian mau numpang ganti. Mas mau ikut? ”
Lebih baik aku jujur dan mengakhiri drama hari ini.

“HAAAAAH”

Dengan gerakan cepat mas Yudha akhirnya melepas tanganku dengan ekspresi wajah takjub. Andaikan, sudah halal dan situasinya mendukung Rara pasti sudah mencium bibir sexy mas Yudha yang sekarang ternganga sempurna.

Good girl Ra. Seharian ini 2 laki-laki yang kamu sayang menjadi korban luapan emosimu yang berubah-ubah, dikit-dikit marah, nangis enggak jelas. Hey, Semua ini benar-benar di luar kendaliku, sepertinya hormon PMS sedang mendominasi tubuhku.

“Astaghfirullah dek, kamu membuat mas jantungan. Tiba-tiba marah nangis enggak jelas. Mana minta turun lagi. Mas benar-benar takut.” Mas Yudha menghembuskan nafasnya.

Dia terlihat lega saat aku kembali masuk ke mobil dengan keadaan super duper ceria. Gimana tidak ceria? Aku kembali dengan membawa sekantong plastik berlogo lebah berwarna merah khas maret-maret terkenal, yang di dalamnya berisi snack, air mineral, coklat, es krim dan pembalut bersayap yang isinya sudah berkurang satu karena aku telah menggunakannya tadi di kamar mandi toko. Ha ha ha.

Kalian harus tahu boy, yang di butuhkan wanita PMS itu hanya makanan, es krim, coklat, dan kamu. Iyaa kamuu....eaaa.

“ He he he, nih mas minum dulu. Tegang gitu mukanya.” Ucapku menyodorkan air mineral yang sudah aku buka segel tutupnya.

Sumpah demi upin ipin yang sampai sekarang belum dewasa, aku ingin ketawa dan sedih secara bersamaan. Aku tidak tega melihat wajah mas Yudha yang berubah pucat pasi. Tapi di sisi lain aku ingin tertawa , karena seorang Manggala Yudha, tentara yang terkenal garang saat berhadapan dengan prajuritnya, mendadak berubah takut hanya gara-gara seorang Rara yang sedang mens.

Memang, cewek kalau lagi PMS itu galaknya sebelas duabelas seperti singa betina yang kelaparan. Apalagi di tambah dengan hormon cemburu, kelar hidup Lu boy!!

Tak jarang, kehancuran rumah tangga seseorang bisa di picu gara-gara luapan amarah seorang istri yang lagi mens dan si suami  tidak bisa memahami hal tersebut malah membalasnya dengan amarah juga. Ini sih kata Guru Rara waktu SMA.

“ Bukan tegang lagi dek, ibarat kata di medan perang mas itu udah kehabisan amunisi. Lebih baik mas menghadapi pelatih kejam daripada menghadapi kamu yang sedang cemburu ditambah PMS lagi.” Terang mas Yudha setelah minum air dengan sekali teguk. Doyan apa haus sih mas?

“ Kasian pak Letnan, sampai keringetan gini. Maafin cemburunya Rara yang berlebihan ya mas.” Kataku mengelap keringat mas Yudha dengan tisue.

“ Its okey, mas senang kalau kamu cemburu itu tandanya kamu benar-benar cinta sama mas, tapi jangan berlebihan seperti tadi. Dan mulai sekarang kayaknya mas harus tahu jadwal bulananmu, agar mas bisa siap mental dan fisik menghadapi sikapmu yang berubah drastis.”

DEJANIRA (Terbit Ebook di Play Store) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang