24. Goodbye Letnan

9.1K 535 94
                                    

Manggala Yudha POV

Bagaimana perasaan kalian jika di bohongi oleh orang yang amat kalian cintai? Kecewa kah? Marah kah? Sakit kah? Itulah yang aku rasakan.

Gadis ku, perempuan yang amat aku cintai setelah Mama, dia memberi ku kabar yang mengejutkan saat aku ingin mengajaknya melangkah menggapai masa depan yang tinggal di depan mata.

Dia ingin mengabdikan hidupnya untuk pendidikan di pedalaman Indonesia. Bangga? Tentu saja. Terbesit rasa bangga saat Zahra ku ternyata begitu mencintai negara yang selama ini aku bela. Aku semakin yakin, dialah gadis yang tepat yang bisa mendampingi ku mengabdi kepada ibu pertiwi.

Tapi aku kecewa. Kenapa dia tidak jujur sejak di awal? Entah apapun alasannya, itu tidak dibenarkan.

Alhasil selama beberapa minggu ini aku menjaga jarak dan mengurangi komunikasi dengannya. Bukan! Bukan aku tidak mau memperjuangkan dia lagi, aku masih berharap banyak pada hubungan kami.

Aku amat mencintai nya.
Saking cintanya aku sering merasa marah pada diriku sendiri. Kenapa tidak becus dalam mengambil sikap?
Aku membiarkan dia menanti tanpa kepastian.

Terlebih saat tau kabar gadis ku sakit. Rasanya aku ingin memukul kepala ku dengan pelatuk SS1.
Pria macam apa aku ini? Membiarkan gadisnya  menunggu di bawah guyuran hujan, sedangkan aku malah pergi jalan-jalan dengan beberapa rekanku.

Sedikit menurunkan ego aku menghubunginya, aku ingin memastikan dia baik-baik saja.
Hatiku lega, saat dia menunjukkan senyum manisnya. Tak terbantahkan, aku merindukan Zahra. Gadis cantik yang berhasil membuat danton galak seperti ku kena bully bawahan , karena salah memberi aba-aba ataupun kena tegur pelatih karena sering tidak fokus menjalani latihan.

Betapa hebatnya gadis ku itu! Bisa membuat Manggala Yudha kelimpungan. Kamu harus membayar mahal, Zahra!

Sejak awal bertemu, aku yakin Zahra itu berbeda . Selain cantik, baik dan ajaib. Dia juga dengan legowo mau mengakui kesalahannya dan berusaha meminta maaf , tidak seperti gadis pada umumnya yang selalu merasa dirinya benar dan kalau didiamin malah balas ngambek. Ck, itu menyebalkan!

Tapi beda dengan Zahra ku, dia sabar menghadapi sikap ku yang mudah berubah-ubah. Dia juga bisa memahami ku yang cuek dan suka diam kalau sedang marah.

Dengan segala usaha dia mencoba menjelaskan semuanya. Seperti waktu itu, aku tau dia berusaha memperbaiki hubungan kami yang merenggang. Aku senang saat dia mengajak ku bertemu.
Aku penasaran dengan caranya meluluhkan hati Letnannya ini, pun dengan kejutan apa yang ingin dia berikan. Karena Zahra anaknya suka tak terduga!

Tapi sayang, aku harus kembali tertidur dalam penyesalan dan rasa penasaran. Ambar Ruma—sahabat baik ku sejak SMA datang ke Malang. Aku merasa tidak enak meninggalkan Uma, sudah datang jauh-jauh dari Bandung hanya untuk bertemu dengan ku.

Alhasil dengan sangat terpaksa aku membatalkan janji dengan Zahra. Ini bukan tentang prioritas, ini tentang royalitas. Prioritas utama ku tetap Zahra.

Kalian jangan berpikir aku memiliki hubungan spesial dengan Uma. Kami hanya berteman, tidak lebih.

Hatiku sudah tertawan oleh pesona Zahra Almaira. Gadis cantik ku yang sebentar lagi akan memulai masa pengabdian.

Berbicara soal pengabdian. Aku mententang keinginan Zahra bukan karena aku egois pun ingin mengajaknya penganjuan. Alasannya tidak sekompleks itu. Aku tau bagaimana rasanya dipanggil oleh ibu pertiwi. Aku seorang prajurit yang rela memepertaruhkan jiwa, raga bahkan nyawa demi kedaulatan NKRI.

DEJANIRA (Terbit Ebook di Play Store) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang