Bintang yang Terkurung

9.5K 1.3K 194
                                    

Soobin menengadah. Menatap jendela di depannya. Kepalanya terasa pening. Tubuhnya sedikit menggigil. Semalam ia tak tidur. Hanya terduduk di lantai dengan kepala menduk. Memeluk lutut, mencoba menghangatkan diri.

Sesuatu telah mengganggu pikirannya. Mengganjal hati. Membuatnya begitu resah dan khawatir. Choi Yeonjun, wajah si pemilik nama terus saja muncul di pikirannya.

Tangan Soobin bergerak. Membuka kancing bajunya satu persatu. Lalu kuku-kuku panjang itu ia goreskan pada perutnya. Ia meringkuk di lantai. Diam-diam menyiksa dirinya sendiri. Menancapkan kuku panjangnya. Menggores kulit dan menusuk daging perutnya.

Soobin menangis. Bukan sakit fisik yang membuatnya menangis. Luka batinnya yang perlahan menutup kembali menganga. Seandainya ibunya tidak meninggalkannya. Seandainya kekasihnya masih tetap ada. Kata "seandainya" membuat Soobin semakin terluka. Kenapa hidupnya seperti ini? Ia hanya ingin orang yang ia sayang berada di sisinya. Saat ini tidak ada orang yang mampu menghancurkan bentengnya. Lalu seorang dokter manis datang. Merobohkan benteng dengan kelembutannya. Mengikis kerasnya benteng yang telah Soobin buat.

Soobin menerimanya. Membuka diri dan membiarkan sang dokter memasuki hidupnya. Namun semua seolah tertepa badai. Bersama Yeonjun justru membuatnya semakin takut. Apa ia harus membenci Yeonjun?

Kuku tajam itu terus mencakar perutnya. Soobin menggigit bibirnya. Dadanya terasa sesak. Ia ingin Yeonjun menjadi miliknya. Tak akan membiarkan orang lain menyentuh miliknya. Namun apa haknya? Atas dasar apa Soobin ingin memiliki Yeonjun? Ketidaktahuan Soobin membuat Soobin semakin frustasi.

"Soobin-ssi!"

Suara lembut itu. Membuat Soobin semakin ketakutan. Derap langkah halus mendekat. Soobin semakin meringkuk. Menggigit bibirnya kuat-kuat.

"Soobin-ssi, apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?"

Yeonjun terlihat panik. Pasiennya meringkuk di lantai. Pipinya basah. Wajahnya terlihat begitu kacau. Yeonjun berjongkok. Membantu Soobin untuk duduk di ranjang.

Soobin benar-benar terlihat kacau. Yeonjun memindai tubuhnya. Matanya membulat ketika melihat luka cakar yang begitu banyak di perutnya. Ada yang sekedar goresan ada pula goresan yang begitu dalam hingga mengeluarkan darah.

"Pergilah!"

Suara dingin menusuk, mengganggu pendengaran Yeonjun. Menautkan alis, Yeonjun memperhatikan Soobin. Pasiennya di depannya tengah duduk dengan kepala tertunduk. Tangannya mengepal begitu kuat. Apa maksud ucapannya barusan? Apa yang terjadi dengan Soobin? Kenapa ia begitu dingin. Aura ini sama seperti aura Soobin saat pertama kali mereka bertemu. Lalu luka di perutnya, darimana Soobin mendapatkannya?

"Soobin-ssi?"

"Pergi!"

"Apa yang salah?"

"Kau tidak ingin pergi?"

Alis Yeonjun semakin bertaut. Kenapa Soobin mengusirnya? Kenapa ia kembali menjadi seperti ini?

"Aku tidak paham ucapanmu, Soobin-ssi."

"Temui appaku. Katakan kau sudah mengundurkan diri!"

Yeonjun terkejut. Kalimat ini lagi! Yeonjun merasa aneh dengan Soobin. Nada bicaranya, tatapannya, auranya, juga kalimatnya. Sekali lagi, apa yang salah? Apa Yeonjun melalukan sesuatu diluar batas? Tapi apa?

"Tidak bisa! Aku diberi mandat. Aku harus menyelesaikan tugasku. Aku masih memiliki lima hari!"

"Aku memberimu kesempatan untuk lepas. Tapi kau menolak. Aku tidak tahu resiko apa yang akan kau tanggung nanti!"

"Aku akan menanggungnya! Apa pun itu."

Soobin mendecih. Menyeringai begitu mengerikan. Matanya menatap lurus ke arah Yeonjun. Dibalik sorot mata Soobin, terbaca sifat licik dan mengerikan yang belum pernah Yeonjun tahu. Namun Yeonjun berusaha tetap tenang. Emosi Soobin hanya sedang tidak stabil. Sejak pulang dari taman, Soobin terus menjauhinya. Ia tidak tahu pasti apa yang terjadi dengan pasiennya. Namun satu hal yang Yeonjun tahu. Ada sesuatu yang menggangu pikiran Yeonjun hingga mebuatnya tertekan.

OBSESSION; Soobin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang