Bumi Menangis

16.3K 1.7K 102
                                    

Gerimis mengiringi upacara pemakaman sore ini. Aroma tanah basah menguar seakan mengingatkan manusia kelak mereka akan berbaring disana. Suara isak tangis saling bersahutan. Awan mendung seakan menambah kesan abu-abu sore ini.

Para pelayat satu-persatu undur diri. Kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan duka. Choi Soobin duduk di samping gundukan tanah dengan hiasan bunga tabur diatasnya. Sebuah papan nisan terpatri nama sang ibu. Ia mengusapnya dengan hati-hati. Ibu. Ibu. Teriaknya dalam hati.

Soobin masih tidak menyangka ibunya akan pergi secepat ini. Rasanya baru kemarin sang ibu memasakkan makanan kesukaannya. Rasanya baru kemarin ia memeluk ibunya. Tuhan teramat sayang dengan sang ibu.

Ayah Soobin berdiri disampingnya. Tangannya terulur mengusap surai lembut sang anak. Bibirnya tak henti-henti mengucapkan kalimat penguat. Soobin seolah menuli. Ia masih terisak pilu. Dadanya sesak. Hatinya sakit. Selama ini ibunya yang selalu berada disampingnya. Soobin sangat mencintai sang ibu. Cintanya sangat berlebih.

---

Hari ini tepat tiga tahun sang ibu meninggal. Dan lusa adalah tepat satu tahun meninggalnya mantan pacar Soobin. Gadis yang dikenalkan sang ayah kepadanya. Soobin benci teringat masa lalu. Ia akan merasa ketakutan saat masa lalu itu menghantuinya. Ia enggan bersahabat dengan masa lalu. Sangat menyakitkan.

Soobin bersimpuh di lantai kamarnya. Ia tertunduk dengan tangan memeluk foto sang ibu. Bahunya bergetar. Sebuah isakan menggema di setiap sudut kamarnya yang dingin. Kamar ini adalah tempat bersebunyi Soobin. Tempat mengurung diri. Sudah dua tahun Soobin menghabiskan waktu disana.

Kamar Soobin penuh dengan botol alkohol. Bekas makanan cepat saji berserakan di lantai. Ia selalu menolak siapa pun yang hendak membersihkan kamarnya. Ia akan membentak dan mengusir siapa saja yang berani melangkahkan kaki di kamarnya kecuali ayahnya.

Choi Soobin enggan keluar dari rumah. Ia takut kembali membuka diri. Ia cemas jika membuka pintu hatinya untuk seseorang. Ia takut kembali kehilangan. Tuhan sudah mengambil dua orang yang ia cintai. Ia tidak ingin lagi. Sudah cukup.

Tokk! Tokk! Tokk!

Suara ketukan pintu terdengar dari luar. Soobin menengadahkan kepalanya. Dilihatnya sebuah jam dinding tergantung di dekat sebuah figura yang berisi foto seorang gadis yang tak lain adalah mantan pacarnya. Mata Soobin menatap figura itu sejenak.

Gadis itu adalah gadis yang menyelamatkan Soobin dari keterpurukan. Gadis itu yang menguatkah Soobin. Namun sekarang ia sudah tidak lagi disampingnya.

Mata Soobin beralih pada benda berbentuk lingkaran. Jarum panjangnya menunjuk angka 12. Saatnya makan siang. Soobin tau siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Dia tak lain adalah pembantunya yang selalu mengantarkannya makanan.

Si pembantu memasukkan seporsi makanan tak lupa dengan segelas minuman ke dalam kamar Soobin melalu lubang di pintunya. Lubang itu sengaja dibuat sang ayah agar Soobin tak perlu membuka pintu untuk menerima makanan dari si pembantu. Ayah Soobin sangat paham dengan kondisi Soobin.

Makanan yang diletakkan pembantunya tidak pernah ia sentuh. Soobin hanya mau makanan instan yang disimpannya di kamar. Bahkan ia sering tidak makan. Hampir setiap hari ia selalu meneguk alkohol. Ayahnya benar-benar prihatin dengan anaknya. Kesehatan Soobin semakin hari semakin memburuk. Tubuhnya kurus. Ia seakan tidak memiliki energi untuk mengurus diri.

OBSESSION; Soobin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang