Pagi hari yang menyejukkan. Salju hari ini tidak turun. Matahari mengintip malu-malu. Yeonjun mengerjap. Selimut tebal masih menutupi tubuhnya. Tidurnya begitu nyenyak. Seolah ia ingin melanjutkannya kembali.
Usahanya gagal, sebuah dering telfon menganggunya. Sebuah panggilan dari seseorang telah menunggu untuk diangkat. Yeonjun meraba-raba meja nakas di samping tempat tidurnya. Matanya masih belum terbuka sempurna. Sembari mengusap matanya ia mengangkat panggilan di ponselnya.
“Selamat pagi, dokter manis!” Suara bariton di sebrang mengalun penuh goda. Yeonjun tidak minat dan tidak tergoda. Ia masih mengantuk.
“Umm.” Begitulah ia menanggapinya. Hanya sebuah gumaman yang membuat orang di sebrang tidak terima.
“Hanya umm?” Suara penuh goda itu sudah hilang. Sudah terganti dengan nada merajuk.
Yeonjun menghela napas. Ia bersandar di sandaran kasurnya. “Selamat pagi, Soobin-ah!”
Soobin terkikik mendengar suara serak Yeonjun yang menyerukan namanya. Orang ini benar-benar terlihat bodoh akhir-akhir ini. Ia sering tertawa dan tersenyum tanpa alasan. Ia seolah memuja apa pun yang berhubungan dengan Yeonjun. Kerjapan matanya, hembusan napasnya, suara seraknya, wajah merahnya, jas dokternya, dan masih begitu banyak lagi yang lainnya. Jika disebutkan semua, maka sama halnya tengah menyebutkan semua penduduk di bumi.
“Apa hyung tidur nyenyak semalam?” Suara Soobin terdengar menenangkan di telinga Yeonjun. Mengalun dengan penuh kehangatan. Membuat Yeonjun tertular menjadi si bodoh dengan diam-diam tersenyum lebar.
“Ya. Bagaimana denganmu?” Kali ini Yeonjun sudah membuka mata sepenuhnya. Tangannya terulur mengambil segelas air putih di nakas dan meneguknya.
“Tidak.” Soobin bersuara dengan suara sendu. Seperti anak kecil yang tengah mengadu.
“Kenapa? Kau kelelahan? Apa kau sakit?” Yeonjun bertanya dengan penuh perhatian.
Sejujurnya Yeonjun masih sedikit khawatir. Soobin memang sudah sembuh, hanya saja setiap Soobin tidak memberi kabar padanya ia akan sedikit cemas. Ia takut Soobin akan melukai dirinya sendiri seperti dahulu. Karena itu, setiap ada kesempatan Yeonjun akan menelpon Soobin dan bertanya sedang di mana, sedang apa, dan apa dia baik-baik saja.
“Tidak. Bukan karena itu. Tetapi karena tidak ada hyung di sampingku. Rasanya dingin sekali.” Mendengar jawaban itu Yeonjun pun mengehela napas. Jika Soobin ada di hadapannya, sudah pasti ia akan mencubit pipinya. Menggoda orang di pagi hari, benar-benar tidak sopan.
“Sudah siang, kau harus bersiap-siap untuk bekerja.” Yeonjun memilih mengalihkan obrolan, enggan menangapi ucapan Soobin yang membuat wajahnya memerah. Ia menyibak selimutnya dan mulai merapikan tempat tidurnya sembari mendengar jawaban Soobin.
“Aku sudah siap! Aku bahkan sudah berdiri di depan rumah kekasihku untuk meminta sarapan.” Ucapannya bukan lah candaan. Yeonjun menautkan alis. Apa jangan-jangan...
Benar saja! Saat Yeonjun menyibak tirai jendela kamarnya, ia mendapati Soobin tengah berdiri di depan kliniknya. Yeonjun tidak habis pikir dengan kelakuan Soobin yang begitu nakal dan ceroboh. Sejak kapan Soobin berdiri di situ? Jika Yeonjun tidak membukakan pintu apa ia akan tetap berdiri di sana hingga membeku?
Yeonjun berjalan tergesa dan membukakan pintu untuk Soobin. mendapati Soobin sedikit kedinginan ia memasang tatapan tajam dan menariknya ke dalam.
“Apa yang kau lakukan di luar? Apa kau tahu berapa suhu pagi ini? Apa kau berniat membekukan diri? Bagaimana jika kau sakit? Lihat dirimu! Wajahmu terlihat pucat dan bibirmu sudah membiru!”
Soobin mengerjap polos mendengar omelan itu. Yeonjun berbicara terlalu cepat dan menggebu. Wajahnya nampak khawatir bahkan hampir menangis. Soobin belum pernah melihat Yeonjun yang terlihat kalut karena cemas padanya seperti ini. Ia tersentuh, Yeonjun hyungnya benar-benar mengkhawatirkanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/183598996-288-k987734.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION; Soobin [END]
Romanceob·se·si /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Choi Soobin mengidap tharnophobia. Lalu seorang psikiater berhasil menyembuhkannya. Ia pun jatuh cinta dengannya. Namun siapa sangka, k...