Bulan Kembali Marah

9.2K 1.2K 339
                                    

Empat hari sudah berlalu. Semua terasa begitu cepat. Bulan yang semula bersembunyi kini mulai menampakkan diri. Soobin berhasil melawan rasa takutnya. Ia tak lagi menjadi monster. Ia mau membuka diri. Berbicara dengan orang lain. Tersenyum dengan orang lain.

Semua itu berkat usaha Yeonjun. Meski ada satu hal yang harus ia pertaruhkan. Ia dikurung di dalam rumah Tuan Choi. Tak diperbolehkan melangkah keluar rumah barang satu langkah pun. Kebebasannya direnggut oleh si tuan muda. Tak marah, tak protes. Yeonjun menerimanya. Tinggal satu hari lagi. Ia akan segera bebas.

Namun kesembuhan Soobin justru membuatnya kualahan. Si tuan muda semakin manja. Selalu menempel padanya. Mogok makan ketika keinginannya tidak dipenuhi. Apa Nyonya Choi dulu sering memanjakan anaknya? Wajar saja. Soobin adalah anak tunggal. Penerus bisnis Tuan Choi. Tentu saja ia pantas diperlakukan seperti itu.

“Junnie Hyung!”

“Hyung!”

“Keringkan rambutku!”

Lihat kan! Akhir-akhir ini tingkah Soobin memang seperti itu. Sangat manja! Setiap pagi Soobin akan mengetuk pintu kamar Yeonjun. Meminta bantuan untuk menggosok punggungnya, mengeringkan dan menata rambutnya, menyuapinya, menemaninya bermain games, dan masih banyak lagi. Saat malam hari pun begitu. Soobin akan diam-diam menyelinap masuk ke kamar Yeonjun. Lalu berbaring dan memeluk Yeonjun. Sejujurnya Yeonjun tidak nyaman. Pernah sekali ia mengunci pintu kamarnyanya. Namun perbuatannya justru membuat Soobin naik pitam. Ia bahkan sempat berniat mendobrak pintu kamar Yeonjun. Disaat seperti inilah Yeonjun menyesali ucapannya. Ia pernah mengaku sebagai babysitter Soobin. Dan benar saja. Yang ia rawat memang seperti bayi.

“Kau punya dua tangan, kenapa tidak melakukannya sendiri? Apa fungsinya tanganmu?” Yeonjun menggerutu sembari mengusak rambut Soobin dengan handuk.

“Memeluk Junnie hyungku.” Soobin menjawab sembari menengadah menatap Yeonjun di hadapannya. Yeonjun memutar kedua matanya. Soobin sangat sulit diajak bercakap serius. Ia akan mengatakan hal-hal seperti ini dan berujung menggoda Yeonjun.

“Tidak ada yang lain?”

“Ahh ada satu lagi!”

“Katakan.”

“Untuk menahan Junnie hyung agar tidak pergi dariku!”

Yeonjun menghentikan gerakannya. Ia menunduk menatap Soobin yang tengah menatapnya. Yeonjun mendapati kekhawatiran yang begitu besar dari sorot mata Soobin. Apa yang salah dengan pasiennya ini? Kenapa ia terus menempel padanya? Apa yang ia khawatirkan? Apa Soobin benar-benar sudah sembuh?

“Junnie hyung!”

Panggilan itu, jika dihitung dalam sehari Soobin bisa mengucapkannya seratus kali. Ia tidak pernah bosan memanggil nama si dokter manis di depannya. Ia merasa begitu nyaman bersama Yeonjun. Ia sangat menyukai Yonjun. Meski tak paham rasa suka seperti apa yang ia rasakan.

“Ya?”

“Aku sudah sembuh!”

Soobin tersenyum. Namun tak lama senyumnya kembali memudar. Ia menunduk. Ia tak paham dengan dirinya. Seharusnya ia senang, seyogyanya ia merasa lega. Tetapi ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Apa itu? Soobin tidak tahu.

“Benarkah?”

Soobin menengadah. Mencoba kembali tersenyum. Hatinya selalu menghangat setiap mendengar suara lembut Yeonjun.

“Umm!”

“Siapa namamu?”

“Choi Soobin!”

“Kapan ulang tahunmu?”

“5 Desember.”

“Apa yang kau sukai?”

OBSESSION; Soobin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang