Malam itu, di rumah sakit. Soobin berjongkok memeluk lututnya di samping pintu kamar rawat Yeonjun. Baju dan tangannya masih bersimpuh darah Yeonjun yang telah mengering. Ia menatap ke depan dengan tatapan kosong. Jiwanya seolah telah meninggalkan raganya. Ia nampak tidak memiliki semangat hidup. Matanya bergerak gelisah, tangannya gemetar dan tubunya melemas.
Di depannya Tuan Choi dan Han Seokya duduk menatapnya. Mereka munggu pintu di depannya terbuka. Di dalam, dokter dan perawat tengah memeriksa Yeonjun. Setengah jam telah berlalu namun belum ada tanda-tanda dokter yang akan keluar.
Tuan Choi menatap anaknya yang berjongkok begitu kacau. Dahi Tuan Choi yang mengerut semakin berkerut. Lapisan-lapisan di dahinya semakin terlihat jelas. Perasaanya begitu campur aduk. Sore itu setelah Soobin meninggalkan ruang kerjanya, Han Seokya menghubungi Tuan Choi. Ia mengatakan jika ada yang aneh dengan anaknya. Tuan Choi yang begitu menyayangi Soobin pun khawatir. Ia meninggalkan pekerjaanya dan memilih pulang menemui anaknya.
Sesampainya di rumah, Tuan Choi bercakap dengan Han Seokya di ruang kerja pribadinya di rumah. Han Seokya menceritakan semuanya. Termasuk tentang ‘kekasih’ yang Soobin ucapkan di kantor. Pemilikiran mereka sama, ada yang begitu aneh dengan gerak-gerik Soobin. Lalu saat Tuan Choi teringat tentang Yeonjun, tiba-tiba saja suara teriakan terdengar di kamar Soobin. Dan semuanya menjadi sekacau seperti saat ini.
Di tengah kebingungan Tuan Choi, akhirnya pintu di depan terbuka. Seorang dokter keluar dari dalam diikuti dua perawat. Soobin terperanjat dan segera berdiri. Dengan suara bergetar ia menanyai mengenai keadaan Yeonjun.
“Lukanya tidak begitu parah, hanya perlu beberapa jahitan. Namun kepalanya sepertinya terbentur sangat keras hingga membuatnya pingsan. Obat biusnya masih bekerja, mungkin lima belas menit lagi ia terbangun.”
Setelah memberi penjelasan dokter dan kedua perawat itu undur diri. Soobin hendak menemi Yeonjun di dalam. Ia sedikit lega, namun perasaannya masih kacau. Sebelum berhasil meraih knop pintu, Tuan Choi menahannya.
“Ikut appa sekarang!”
Mereka bertiga bertemu di tempat perkir rumah sakit. Tuan Choi berdiri di hadapan Soobin dengan Han Seokya di sampingnya. Tuan Choi mengarahkan tatapan tajam kepada Soobin. Namun anak semata wayangnya tidak terlihat takut. Tatapannya bahkan sedikit tidak fokus.
“Jelaskan semuanya!”
“Semua sudah jelas!” Soobin menjawab dengan nada dingin.
“Apanya yang sudah jelas? Apa yang terjadi dengan Yeonjun? Apa yang kau lakukan di belakang appa?”
Hening sejenak. Lalu terdengar hembusan napas dari Soobin, diikuti dengan senyum yang menyerupai seringaian. Lantas Tuan Choi dan Han Seokya menautkan alis. Anak muda di hadapan mereka terlihat begitu mengerikan. Ini tidak seperti Soobin yang biasanya, ini bukan Soobin tiga tahun yang lalu. Tuan Choi tidak mengerti apa yang mengganggu anaknya. Tiga tahun berlalu, anak satu-satunya yang dulu begitu ceria dan baik hati mengurung diri di sebuah kamar. Kemudian saat anaknya membuka pintu kamarnya, ia berubah menjadi seperti monster.
Soobin mendengus, lalu membalas tatapan tajam ayahnya. Tangannya mengepal dan urat-urat di tangannya menegang. Ia berujar dengan lantang, “Aku menginginkannya! Aku mengurungnya! Aku bahkan memperkosanya! Apa masih kurang jelas?!”
Plakk!
Tamparan keras itu datang dari Tuan Choi. Ia semakin menajamkan tatapannya pada Soobin. Pikirannya begitu kacau, tidak menyangka jika anaknya begitu keterlaluan. Ia mengira Soobin sudah sembuh. Namun kenyatannya ia justru tumbuh menjadi semakin mengerikan. Ia bahkan meniduri seorang psikiater yang telah merawatnya. Tak cukup sampai di situ, anak semata wayangnya juga menyiksa orang lain!
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION; Soobin [END]
Romanceob·se·si /obsési/ n Psi gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Choi Soobin mengidap tharnophobia. Lalu seorang psikiater berhasil menyembuhkannya. Ia pun jatuh cinta dengannya. Namun siapa sangka, k...