Kini rutinitasku bertambah. Selain kuliah dan menyiapkan acara Hari Bumi, aku rajin latihan di UKM Musik. Hampir setiap hari aku datang ke UKM seusai jam kuliah. Ada latihan atau tidak, aku selalu datang ke sana. Kadang, hanya latihan berdua dengan Orion, sang gitaris. Kadang. mencoba memadukan vokal dengan Galih. Atau, berdiskusi tentang kostum dan penampilan di panggung nanti.
"Oke guys, acara seleksi lomba tinggal menghitung hari. Kita intensif latihan mulai besok. Siapkan fisik kalian. Jaga kesehatan dan jangan sampai ada yang jatuh sakit sampai event selesai," kata Rio.
"Gimana persiapan kalian? Player, sudah siap perform? Tolong diatur temponya, ya. Harus seirama. Antara bass dan drum itu harus kawin. Jadi, temponya enggak berantakan. Untuk gitar, sudah bagus, tinggal mengikuti saja," beber Rio sambil melihat ke arah Bian, Orion, dan Hilman.
Ketiganya lalu mengangguk tanda mengerti dan memperhatikan.
"Gimana Mbak dan Mas vokalis? Sudah kawin?" kata Rio sambil melihat ke arahku dan Galih.
Sontak teman-teman tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Rio. Sedangkan, aku dan Galih hanya saling menatap dan menunduk.
"Maksudku, apa kalian sudah latihan di luar UKM untuk menyatukan suara? Kan, nantinya kalian harus memadukan suara satu dan suara dua biar lagunya terdengar lebih syahdu," kata Rio sambil berlagak layaknya pujangga sedang berpuisi.
"Beberapa kali sudah kok, Mas. Tapi, belum dicoba bareng karena mic di UKM kan cuma satu," kataku kepada Rio.
Ya, aku dan Galih harus berbagai mic selama ini. Kalau aku lagi latihan, Galih tidak ikut. Begitu pula sebaliknya. Pasti menyenangkan kalau kami bisa saling memadu suara.
"Oh, iya benar. Oke, kalau begitu besok aku usahakan sudah tersedia dua mic. Jadi, kalian bisa latihan bareng. Enggak kayak selama ini," kata Rio menambahkan.
"Sip," kataku singkat.
"Oh iya, Rambi mau ikut besok malam?" tanya Rio kepadaku.
"Hmm, mau ke mana besok malam, Mas?"
"Aku, Orion, Bian, dan Galih rencananya mau menyempatkan waktu buat lihat performance band café besok. Di tempat penyelenggaraan acara lomba. Di d'Club.Aku pengin kasih lihat ke kalian bagaimana cara mereka manggung. Bagaimana anak-anak band itu di atas panggung dan berinteraksi dengan audience. Jadi, kalian bisa punya gambaran manggung yang sebenarnya. Mau ikut?" kata Rio menawari.
"Besok jam berapa Mas? Naik apa? Kostumnya?" tanyaku bertubi-tubi.
"Besok aku jemput jam 7 malam di kos, ya. Naik mobilku. Kita berangkat bareng. Untuk kostumnya, santai saja. Kan, kita hanya pengunjung saja di sana. Tapi, ingat ya, Mbak Vokalis, kita ke sana sampai tengah malam lho. Band baru perform sekitar jam 11 malam. Mohon diantisipasi, jangan lupa bawa kunci pagar kos," kata Rio sambil terkekeh.
"Oke, jam 7, ya. No late. Jangan ngaret," kataku.
Keesokan harinya, aku melakukan rutinitas kuliah seperti biasa. Setelah kuliah, empat sahabatku, Via, Gaga, Okta, dan Rei mengajakku untuk nonton bioskop. Ya, semenjak sibuk latihan di UKM, aku jarang punya waktu untuk berkumpul bersama mereka. Aku putuskan untuk nonton bareng bersama para sahabat sebelum pergi bersama teman-teman band nanti malam.
Sampai di bioskop, aku mendapat kejutan. Kelar membeli tiket, kami menunggu pintu teater dibuka dengan mengobrol. Tiba-tiba ponselku berdering, tanda telepon masuk. Aku lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Ah, nomor asing. Aku ragu-ragu untuk mengangkatnya. Biasanya kalau ada telepon masuk dari nomor yang tidak dikenal, aku abaikan saja. Tapi, entah mengapa aku terima panggilan itu dengan hati-hati.
YOU ARE READING
HONEY
RomanceRambi memilih Bima demi kebahagiaan keluarga besarnya. Dia harus meninggalkan Galih dengan segurat kesedihan yang tidak terperi di hati Galih. Galih memohon bahkan menangis berharap Rambi kembali. Namun, Rambi telah menetapkan pilihannya untuk Galih...