All Night Long

19 1 0
                                    


Setelah kejadian di d'Club, aku merasa bersalah. Meski tidak ada satu pun yang membahasnya, tapi aku tetap merasa canggung. Ah, aku coba enyahkan rasa kikuk. Menggantikannya dengan konsentrasi. Kompetisi akan berlangsung seminggu lagi. Latihan dilaksanakan lebih intensif. Waktu latihan pun diperpanjang. Kalau biasanya hanya satu sampai tiga jam sepulang kuliah, kali ini kami latihan hingga larut malam. Aku sempatkan kembali ke kos untuk mandi dan ganti baju setelah kuliah. Baru kemudian pergi ke UKM untuk berlatih. Begitu terus, sampai tiga hari sebelum acara berlangsung.

Rio, sebagai senior yang bertanggung jawab penuh terhadap acara, telah mempersiapkan segala keperluan band. Ia sampai membuat management team di luar personil band. Tim ini nantinya yang akan membantu segala keperluan saat kompetisi dimulai. Ada bagian alat-alat musik, transportasi, koordinasi supporter, konsumsi, serta dokumentasi. Semua sudah tertata rapi dan detil. Sementara, tugas utama kami sebagai personil band adalah mempersiapkan secara matang kondisi fisik dan mental agar dapat memberikan penampilan terbaik dalam lomba, dan berhasil terpilih dalam tahap seleksi.

Dengan semakin intensifnya jadwal latihan, maka frekuensi tatap mukaku dengan Galih pun bertambah. Hampir setiap hari aku dan dia bersama-sama belajar memadupadankan vokal untuk mendapatkan harmonisasi suara yang indah. Tidak hanya saat berlatih di UKM, di jam istirahat pun kami sempatkan waktu untuk berlatih sendiri tanpa diiringi musik. Dengan begitu banyak kebersamaan itu, kami semakin dekat.

Kami mulai sering berkomunikasi lewat SMS atau telepon untuk berdiskusi tentang musik dan vokal. Galih bahkan tidak canggung untuk sesekali menjemputku ke kos. Kami berangkat bersama, latihan bersama, makan siang bersama, pulang bersama, bahkan makan malam pun bersama. Dulu kami canggung dan malu apabila ada teman yang tahu tentang kedekatan ini. Tapi, bukannya kami harus memunculkan chemistry bernyanyi di panggung?

Bukan hal yang sulit bagiku untuk mendekat, karena hatiku memang untuknya. Tapi Galih, aku tidak dapat menebak perasaannya. Dia bersikap baik kepada semua orang. Kalau akhir-akhir ini kami tampak terlihat sering bersama, tapi sebenarnya Galih masih tetap membatasi diri. Terkesan dia tidak ingin memberiku harapan. Tentu saja, satu hal yang pasti, dia sudah ada yang punya.

Sore itu, sehari sebelum lomba dilaksanakan, kami mengadakan briefing. Agenda briefing adalah membahas semua hal yang berhubungan dengan acara nantinya.

"Sore guys, ini adalah briefing terakhir kita sebelum lomba besok. Saya akan mendata lagi segala keperluan kita. Apabila ada kesulitan langsung saja disampaikan agar bisa segera diselesaikan juga. Dari seksi transportasi, ada kendala?" tanya Rio.

"Transportasi sudah siap. Semua kendaraan yang digunakan untuk mengangkut alat, personil, dan supporter sudah siap. Tinggal berangkat," kata Yoga, salah satu teman yang bertanggung jawab untuk menyiapkan transportasi.

"Oke, bagus. Selanjutnya, dari seksi konsumsi. Bagaimana kesiapannya? Ada kendala?" lanjut Rio.

"Konsumsi ready. Makanan sudah dipesan. Konsumsi untuk supporter akan kami ambil jam lima sebelum kita berangkat besok," kata Agung, selaku penanggungjawab konsumsi personil dan supporter.

"Bagus. Untuk seksi dokumentasi sudah dapat pinjaman kamera dan handycam?"

"Kami sudah siap dengan tiga kamera dan dua handycam. Tinggal memastikan kaset handycam dan baterai kamera saja," jelas Rolland, sebagai penanggung jawab dokumentasi acara.

"Benar-benar disiapkan, ya. Jangan sampai sudah mau berangkat, masih ada yang tertinggal. Oya, bagaimana kondisi supporter? Ada yang tidak jadi ikut atau malah melebihi kuota?" tanya Rio.

HONEYWhere stories live. Discover now