Forbidden Love

20 1 0
                                    

Hari Bumi tinggal menghitung hari. Saatnya aku fokus pada acara tahunan ini. Seusai kuliah sore ini, aku mengadakan rapat untuk memastikan sejauh mana kesiapan acara Hari Bumi. Rapat Hari Bumi artinya bertemu dengan Okta, Gaga, Via, dan Rei. Senang rasanya. Sekian lama fokus pada kompetisi band, aku jarang bertemu dengan mereka.

"Hai..." sapaku dengan gembira melihat kehadiran para sahabat. Aku peluk mereka. Rindu sekali menghabiskan waktu bersama makhluk-makhluk ini.

"Aduh, Ibu Rambi nih ya, benar-benar sibuk sampai lupa sama kita," kata Gaga menggoda sembari memelukku erat.

Ya, mereka tampaknya juga rindu pada kehadiranku.

"Maaf ya, baru selesai menunaikan tugas yang lain. Sekarang, siap fokus pada acara Hari Bumi kita," kataku memastikan.

"Oh iya, bagaimana lombamu kemarin, Mbi? Sukses? Maaf ya, kita enggak bisa ikutan dukung," kata Via.

"Enggak apa-apa lah, Girls. Lagian juga acaranya malam banget. Cukup dukungan doa saja sudah membuatku tenang. Alhamdulilah acaranya lancar, dan hari ini pengumuman lolos atau tidaknya ke babak semifinal."

"Jam berapa pengumumannya? Bisa dilihat di mana?" tanya Rei penasaran.

"Pengumumannya lewat SMS sih. Panitia akan mengabari lewat contact person masing-masing band. Setelah rapat, aku langsung ke UKM buat briefing lagi," kataku menjelaskan.

"Widih, bakal punya teman artis nih," goda Okta.

"Artis apaan? Sudah yuk, kita lanjut rapat," kataku sambil mengajak mereka ke ruang rapat.

Seusai rapat, aku bergegas pergi ke UKM musik. Tidak sabar rasanya mendengar bagaimana pengumuman hasil kompetisi. Apakah band kami lolos atau tidak ke babak semifinal? Meskipun penampilan waktu itu tidak sempurna, tapi kami punya point plus lain dari segi kostum dan polling SMS. Semoga poin-poin itu bisa memenangkan kami.

Bian, Galih, Orion, dan Hilman sedang bermain musik di UKM sore itu. Rio belum datang. Aku tidak ikut berlatih kali itu. Aku memilih duduk di depan ruangan UKM bersama Zammy yang sedang asik di depan laptopnya.

"Mas Rio belum datang, ya?" tanyaku menyapa Zammy.

"Hai, Mbi. Iya, belum datang, mungkin sebentar lagi," katanya sambil tetap berkonsentrasi pada laptopnya.

Tidak lama kemudian Rio datang dengan tergesa-gesa dan tampak kebingungan. Dia masuk ke ruang UKM dan menghentikan permainan musik teman-teman secara paksa. Rio memintaku masuk ke ruang UKM Musik.

"Ayo, cepat masuk. Stop dulu main musiknya, cepat berkumpul di sini," kata Rio.

Suasana berubah menjadi tegang. Kondisi Rio tampak kurang baik, seperti membawa kabar buruk. Kami berkumpul di tengah ruang UKM dengan membentuk lingkaran kecil. Bersiap untuk mendengarkan pengumuman dari Rio.

"Oke, guys. Huft, ada berita kurang baik. Seperti yang kita tahu, penampilan kita di acara seleksi kemarin kurang maksimal. Banyak kesalahan di bagian check sound maupun vokal. Dan, patut disadari hal itu mengurangi nilai," kata Rio dengan nada lemas.

Wajah kami mendadak berubah menjadi sedih. Dari cara Rio memulai pembicaraan, kami bisa memprediksi sepertinya band kami tidak lolos ke babak semifinal. Aku lihat Galih mulai menunduk. Dia merasa bersalah. Bian juga tidak tersenyum. Dia tertunduk lemas.

"Hmm.... Sorry guys. Sepertinya, kalian enggak akan ada waktu untuk libur lagi," kata Rio melanjutkan.

Kami bingung dengan perkataan Rio. Semua terpaku memandang Rio.

HONEYWhere stories live. Discover now