Satu minggu berlalu. Aexio menghentikan pekerjaannya saat ini. Ia terganggu karena kejadian satu minggu lalu. Ia sangat sadar bahwa malam itu bukan mimpi. Malam itu benar-benar terjadi. Ia tidur dengan seorang wanita dan merenggut keperawanan wanita itu.
Aexio sudah mencoba mengabaikan itu selama satu minggu ini tapi ia sangat terusik karena ia selalu diajarkan oleh orangtuanya untuk bertanggung jawab pada apapun yang ia lakukan.
"Sialan!" Aexio memaki kesal. Ia frustasi, sangat frustasi. Harusnya malam itu ia tidak mabuk, harusnya malam itu ia pulang ke apartemennya bukan ke hotel.
Aexio mengambil ponselnya, "Siapa yang membereskan kamarku satu minggu lalu?" Aexio menghubungi seseorang di hotelnya.
"Perintahkan dia untuk ke ruanganku setengah jam lagi." Aexio memutuskan sambungan itu.
Ia bangkit dari tempat duduknya, meraih jas kerjanya lalu keluar dari ruangannya.
"Tiff, aku keluar sebentar. Jika ada yang mencariku kau tahu harus mengatakan apa." Aexio berpesan pada Tiffany.
"Baiklah." Balas Tiffany lemah. Ia terlihat tak bersemangat.
"Sudahlah. Jangan terlalu menunggu minggu depan." Aexio menggoda Tiffany.
Tangan Tiffany meraih kalender duduk di atas meja kerjanya, melemparnya ke Aexio dengan keras.
"Waw, kau terlalu bersemangat, Tiff." Aexio segera pergi sebelum Tiffany melemparnya dengan vas bunga.
Satu minggu lagi Tiffany akan kencan buta dengan anak sahabat ibunya. Hal ini membuat Tiffany menjadi bulanan Aexio. Sudah sejak dulu Aexio punya sifat usil seperti itu.
Mobil Aexio meninggalkan perusahaannya, membelah jalanan yang cukup luang pagi ini. Dalam 15 menit ia sampai di salah satu hotel miliknya.
Dalam bulan ini Aexio dua kali mengunjungi hotel padahal biasanya dia hanya akan datang 6 bulan satu kali untuk meninjau perkembangan hotelnya secara langsung.
Sampai di ruangannya, Aexio menunggu orang yang ingin ia temui. Ia tak tahu harus mengatakan apa untuk memulai tapi yang pasti ia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Jika wanita itu ingin ia nikahi maka ia akan menikahi wanita itu.
Tok! Tok!
"Masuk!"
Pintu terbuka. Elif masuk ke dalam ruangan itu.
"Selamat pagi, Pak." Elif menyapa Aexio dengan suara gemetaran. "Bapak mencari saya?"
"Benar." Suara tegas Aexio semakin membuat Elif gemetaran. Entah kesalahan apa yang ia lakukan hingga pemilik hotel ingin bertemu dengannya.
Aexio mengamati Elif, ia merasa bahwa Elif bukan wanita yang ia tiduri. Ia tak begitu mengenali wajah wanita itu tapi ia tahu dari mana ia harus memastikannya.
"Buka bajumu!"
Elif tentu saja kaget. Apa-apaan ini? Apa pemilik hotel ini laki-laki mesum yang suka melecehkan karyawannya.
"A-apa, Pak?"
"Aku tidak akan melakukan apapun yang kau pikirkan. Cukup buka bajumu saja."
Elif terintimidasi oleh tatapan tajam Aexio. Ia membuka baju kerjanya.
"Putar tubuhmu!"
Elif menuruti Aexio. Ia tak mengerti apa yang mau bos besarnya lakukan.
Bukan dia. Aexio tak melihat ada tahi lalat di punggung Elif. Pagi itu ia melihat bahwa wanita yang ia tiduri memiliki tahi lalat di punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily of the Valley
RomantizmAtherra Ophelia, gadis pendiam yang bekerja di sebuah hotel sebagai seorang room service. Hidupnya sangat sederhana, ia bangun pagi, pergi bekerja lalu pulang dan tidur. Ophelia bukan tak menikmati hidupnya...