11. He's Alright

61 13 1
                                    

Raina POV

Entah sejak kapan yang jelas melamun jadi hobi gue sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Entah sejak kapan yang jelas melamun jadi hobi gue sekarang. Enak aja gitu, nopang dagu sambil bayangin banyak hal. Dari hal sepele sampe ke hal random, kayak suatu saat gue nikah sama Arsa trus punya anak kembar, trus jalan-jalan ke taman gelar tiker, makan sambil bercanda di taman.

Tuhkan, imajinasi gue tuh tinggi banget kalo menyangkut Arsa.

Dasar bucin.

"Heh babon. Pagi-pagi ngelamun aja lo."

Sumpah ya gue kaget, sampek harus ngelus dada.

Geplakan Nindya di pundak gue dan suara teriakannya sukses membuyarkan imajinasi gue pagi ini.

"Anjir lo, ya. Untung gak jantungan gue." kata gue sewot.

"Ya sorry dah. Eh udah sarapan belom lo? Gue mau ke kantin, udah ditunggu Dio." katanya.

"Laper. Tapi males jalan ke kantin." balas gue sambil menidurkan kepala ke meja.

"Yeee... Udah ayok, sapa tau ketemu cowok lo di kantin."

Mendengar kata-kata Nindya, hati gue sedikit tergerak buat ikut dia ke kantin. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan Arsa ke kantin.

Mungkin aja Arsa kelas pagi trus sarapan di kantin.

Mungkin aja Arsa nanti ke pusbas trus lewat kantin.

Mungkin aja Arsa ke kantin beliin gue roti.

Hehe.

"Heh, malah ketawa. Jadi ikut gak lo?" Nindya menyenggol lengan gue.

Memikirkan kemungkinan yang ketiga malah bikin gue ketawa sendiri. Ya nggak mungkinlah Arsa ngelakuin itu.

Tapi itulah asiknya melamun. Kita bebas membayangkan apapun, sekalipun hal itu mustahil terjadi di dunia nyata.

Seenggaknya kita pernah ketawa karena pikiran aneh kita sendiri. Yaa anggap aja itu hiburan lah.

Lagian gak ada orang yang tau, apa yang sedang kita pikiran.

"Iya, gue ikut." balas gue.

Karena masih pagi, kantin juga masih sepi. Jadi nggak susah buat nemuin keberadaan Dio yang sudah duduk anteng di salah satu meja.

"Hai, Yo." sapa gue pada Dio.

Yang disapa hanya melirik gue sekilas, sebelum kembali fokus pada laptop di hadapannya. "Hai, Na. Apa kabar lo?"

"Hmmm... Not bad lahh." balas gue sambil memainkan hape gue.

Dio menoleh ke arah gue, membetulkan kaca matanya yang melorot sambil geleng-geleng.

"Gue kangen makan puding pisang bunda, Yo. Kapan-kapan kalau bunda pas bikin, kabarin gue ya ntar gue main ke rumah lo."

"Ya..." balasnya selalu singkat.

Mysterious BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang