10. She's cried a lot

76 11 6
                                    


Arsa POV

Sampai dirumah setelah mengantar Raina pulang, gue masih saja terbayang-bayang ekspresi lucu Raina tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sampai dirumah setelah mengantar Raina pulang, gue masih saja terbayang-bayang ekspresi lucu Raina tadi siang.

Mukanya memerah karena malu, tangannya meremas kuat kaosnya mungkin menahan rasa nyeri.

Dan gue sedikit kaget melihat penampilannya setelah dia keluar dari kamar mandi, memakai celana trening milik gue yang terlihat kedodoran di tubuhnya.

Belum lagi saat melihat rambutnya yang mengembang dan kusut karena gue lupa nggak membawa helm saat menjemputnya tadi.

Mendengar teriakannya yang menyalahkan gue sebagai penyebab rambutnya sulit di sisir.

"Gara-gara kamu nggak bawa helm nih." omelnya pada gue.

"Awww.. Aduuhh," teriaknya saat sisir yang dia gunakan nggak berhasil membuat rambutnya kembali seperti semula.

Dan akhirnya dia nyerah.

Membanting sisir yang dia pegang ke lantai.

"Ah tau deh, capek." katanya.

Gue tersenyum tipis melihatnya, sambil mengambil sisir yang tergeletak di lantai dan mendekat ke arah Raina.

"Maaf ya," ucap gue.

"Kenapa minta maaf?!" tanya Raina dengan nada ketus.

Tangan gue terulur ke rambutnya, menyisirnya pelan-pelan karena takut Raina kesakitan.

"Pengen aja bilang maaf." kata gue.

"Nggak jelas kamu," balasnya sambil tertawa kecil.

Raina masih tetap diam saat gue menyisiri rambutnya, entah diam karena menahan sakit atau diam karena kesel sama gue.

"Na, sakit nggak?" tanya gue, karena sejak tadi Raina diam saja.

"Sa, jangan romantis gini. Aku nggak kuat kalo kamu so sweet ke akuu." katanya setengah berteriak sambil menutup mukanya dengan bantal.

Dan tanpa dia sadari gue tersenyum melihat tingkah lucunya.


"Arsa, baru pulang kok senyum-senyum sendiri. Kenapa kamu?"

Gue sedikit tersentak kaget mendengar pertanyaan dari bunda.

"Nggak kenapa-napa, bun." balas gue.

"Loh mau ada acara apa bun, kok banyak--" tunjuk gue pada barang di atas meja makan.

"Ohh ini, besok ada arisan keluarga dirumah. Kamu ajak Raina kesini ya." kata bunda.

Gue mengangguk, "Nanti Arsa hubungi Raina. Arsa ke kamar dulu, bun." pamit gue pada bunda.

••

22.30

Udah terlalu larut buat menghubungi Raina, meskipun gue tahu kalau dia pasti belum tidur jam segini.

Mysterious BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang