13. Maaf, lagi.

72 10 1
                                    


Raina

Setidaknya ada tiga hal yang paling gue benci di dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setidaknya ada tiga hal yang paling gue benci di dunia. Pertama, saat gue laper tengah malam dan males buat beranjak dari ranjang.

Kedua, ketika akhir bulan karena dompet gue mendadak jadi setipis kue lapis.

Dan hal ketiga yang gue benci adalah menunggu. Berharap sesuatu bakal dateng, tanpa ada kejelasan. Ngeselin banget rasanya.

Itulah yang sedang gue lakukan sekarang. Menunggu satu makhluk Tuhan yang sudah lebih dari 10 menit lalu meninggalkan gue sendirian di parkiran. Meskipun jam udah menunjukkan pukul 3 sore tapi panasnya matahari masih sangat terasa menyengat kulit gue.

Padahal gue tadi bela-belain ketemu Arsa bentar banget cuma karena nggak mau Nindya nungguin gue. Eh tau nya malah sekarang gue yang nungguin dia.

Kalo tau bakal kayak gini mending tadi gue pulang sama Arsa kan.

Gue berdiri sambil menyender ke mobil yang pintunya masih terkunci ini karena si empunya menghilang entah kemana. Menutupi sengatan matahari yang mengenai wajah gue menggunakan buku.

"Raina!!"

Gue mendengar teriakannya, tapi gue sengaja nggak menoleh ke arahnya yang mulai terdengar langkah kakinya berlari sedang mendekati gue.

"Sorry ya, lo udah lama nunggu?" tanyanya.

Gue baru menoleh kepadanya yang saat ini terlihat ngos-ngosan sebab berlari tadi.

Mau marahpun gue jadi nggak bisa. Selain karena nggak tega ngeliat mukanya yang merah karena kepanasan, juga karena gue nebeng dia.

Bayangin aja kalau sampe gue ngambekin dia trus gue pulang nggak di tebengin alias ditinggalin.

Duh apa kata orang-orang, ngeliat cewek cantik naik ojek.

"Yaudah, jadi nggak nih." ucap gue akhirnya.

Nindya tersenyum lalu mengangguk, "Jadi dong. Lo mau kemana? Gue anterin." katanya.

"Masuk dulu deh, gerah gue diluar." kata gue.

Dengan segera Nindya membuka mobilnya.

"Gue mau beli lip tint kayak punya elo deh, Na. Anterin yuk." kata Nindya setelah kita berdua berada di dalam mobilnya.

Akhirnya setelah kita selesai muter-muter mall, berawal gue nganterin Nindya beli liptint dan baju berakhir dengan gue ikut-ikutan beli baju dan sepatu.

Kini gue duduk sendirian di salah satu bangku, sebab Nindya sudah pergi lebih dulu. Katanya dia ingin menyusul Ardio yang sedang nugas di starbucks.

Tadinya Nindya ngajak gue, tapi gue beralasan kalau gue pengen langsung pulang. Padahal sejujurnya, kalau gue ikut dengannya kesana, gue hanya akan berakhir jadi obat nyamuk melihat kemesraan Nindya dan Ardio.

Mysterious BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang