9. An Accident

91 10 1
                                    


Raina POV

Kepulangan Arsa yang mendadak  membuat gue terkejut sekaligus bahagia. Saking bahagianya, gue sampai tersedak jus jeruk yang gue minum saat dia mengabari kalau dia dalam perjalanan pulang, dan akan ke rumah gue setelahnya.

Saat itu gue berada di kantin kampus bersama Dio dan Nindya. Seperti biasa, gue akan jadi obat nyamuk ketika bersama mereka berdua. Kegiatan rutin gue selama Arsa nggak ada adalah ngikutin kemanapun Dio dan Nindya pergi.

Setelah membaca pesan singkat dari Arsa, gue langsung tancap gas pulang ke rumah karena udah nggak sabar buat ketemu Arsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca pesan singkat dari Arsa, gue langsung tancap gas pulang ke rumah karena udah nggak sabar buat ketemu Arsa.

Dan belum sampai disitu, Arsa lagi-lagi berhasil membuat gue shock saat dia bilang ingin mengajak gue ke acara reuni SMA nya.

Gila saja, gue nggak ada persiapan apapun. Berbagai omelan dan ocehan nggak luput gue ucapkan untuk Arsa, dan akhirnya gue berangkat ke acaranya Arsa dengan dandanan yang ala kadarnya.

Gue nggak akan cerita apa saja yang terjadi di acara reuni Arsa semalem, karena gue banyak kesel daripada senangnya.

Tapi dari situ gue jadi tahu siapa cewek yang pernah deket sama Arsa sewaktu dia SMA.

Namanya Zia

Lumayan cantik. Eh, atau dia jadi cantik karena polesan make up tebal yang menghiasi wajahnya? Bisa jadi.

Zia, sangat fashionable. Dress yang di kenakan berhasil memperlihatkan lekuk tubuhnya yang body goals.

Beruntung, Arsa cuek sama dia.

Oke. Stop nyeritain kejadian semalem.

••

Hari ini gue ke rumah Nindya. Sekadar main karena kebetulan gue nggak ada kelas. Acara sebenarnya adalah hari ini gue dan Arsa akan jalan berdua, tapi tiba-tiba Arsa bilang kalau dia harus ke kampus untuk evaluasi hasil praktiknya kemarin.

Tentu saja gue kesal setelah Arsa dengan seenaknya membatalkan janji kita. Tapi gue nggak akan egois menahan Arsa buat jalan sama gue dengan mengorbankan nilai kuliahnya.

"Lesu amat, neng." toyoran Nindya di kepala gue berhasil membuat gue tersentak.

"Anjir. Lama banget bukain pintunya, abis ngapain lo?"

Lebih dari 10 menit gue berada di depan pintu rumah Nindya, menunggu sang empunya rumah membukanya, tapi tak kunjung dibuka. Akhirnya gue pasrah, duduk di kursi yang tersedia di teras rumah Nindya.

"Kagak denger, lo sih nggak kabar-kabar mau kesini." katanya. "Ayok, masuk."

Gue berjalan mengikuti Nindya memasuki rumahnya.

"Sepi amat," kata gue.

"Home alone." balasnya.

Yang gue tahu, ayah Nindya seorang pengusaha properti yang cukup sukses. Sedangkan Ibunya membuka jasa caterring makanan. Kakaknya telah berumah tangga sendiri.

Mysterious BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang