Sayup-sayup terdengar suara adzan Isya dari desa Sidomukti yang ada jauh nian di bawah sana.
Dewi dan teman-temannya masih asyik menikmati malam minggu di tengah alam pegunungan yang hawa dinginnya mulai terasa menusuk di kulit mereka itu.
"Dingin banget ya?" kata Eki sambil berdiri menuju ke tenda laki-laki yang ada di belakangnya.
Tak lama kemudian Eki kembali lagi setelah mengenakan jaket tebal yang memang sudah dia persiapkan.
Dewi dan kawan-kawannya juga mulai merasakan hawa dingin itu lalu mengikuti jejak Eki dan mengambil jaket mereka masing-masing.
Malam mulai beranjak, mereka masih asyik bercanda dan menikmati suasana malam yang syahdu.
Suara jangkrik dan binatang malam lain terdengar menemani mereka. Hanya ada beberapa tenda yang didirikan di Camp Mawar ini selain mereka.
Di belakang tenda mereka jejeran pohon pinus yang terlihat seolah tertata rapi terlihat hening dan syahdu.
Dian terdiam dan melihat ke sekelilingnya.
Kegelapan yang menyelimuti mereka.
Gunung yang menjulang tinggi dan dipenuhi pepohonan lebat yang terlihat gelap dan misterius.
Cahaya lampu dari perkampungan yang ada nun jauh di kaki gunung sana.
Suara gemeretak dari kayu yang dilahap api unggun di depan mereka.
Hutan pinus yang diselimuti kegelapan dan seakan-akan ingin menelannya.
Suara-suara asing yang tak pernah didengarnya di malam hari yang selama ini dia habiskan di tengah Kota Semarang.
Semuanya membuat Dian sadar.
Tempat ini bukanlah sebuah tempat yang bisa mereka anggap sepele dan remeh seperti bayangan mereka sebelumnya.
Ini adalah gunung. Sebuah gunung yang masih memiliki hutan dan alam liarnya.
Gunung yang selalu akan menyimpan misterinya dan membuat semua orang mengagumi kebesarannya.
Gunung tempat binatang-binatang liar masih dengan bebasnya hidup sesuai dengan habitatnya.
Entah ada binatang apa saja yang sekarang sedang bersembunyi dalam gelapnya malam.
Atau mungkin juga sesuatu yang lain?
Saat pikiran itu tiba-tiba masuk ke dalam kepala Dian, tanpa sadar bulu kuduknya meremang.
Dian membenarkan kerah jaketnya dan menggeser duduknya mendekat ke arah rekan-rekannya yang lain.
Semua kawan Dian sadar dengan apa yang dia lakukan.
"Kamu ngapain Yan?" tanya Lisa.
"Nggak pa-pa, dingin aja," jawab Dian pendek.
Kawan-kawan yang lain saling berpandangan mata dan melirik ke arah Dian yang sedikit bertingkah aneh itu.
Tak lama kemudian, mereka berlima kembali bersenda gurau dan menikmati malam minggu mereka.
Dian sesekali melirik ke arah jajaran pohon pinus di belakangnya yang masih tetap diselimuti kegelapan dan kini terlihat menakutkan itu. Seolah-olah ada sesuatu yang sedang mengawasi mereka dalam kegelapan.
"Mmmm. Kalian... Kalian percaya sama hantu nggak?" tanya Dian dengan tiba-tiba ke arah kawan-kawannya.
Dewi dan rekan-rekannya terdiam ketika Dian menanyakan pertanyaan itu tiba-tiba.
Suasana hening pun menyelimuti mereka.
"Mana ada hantu. Jaman 4G sama IG, kalau pun ada hantu, mereka pasti dah viral ya kan?" jawab Dicky sambil tertawa ngakak memecah keheningan gara-gara pertanyaan Dian tadi.
Kawan-kawannya lalu tertawa mendengar kata-kata candaan Dicky. Hanya Dian yang tak tertawa dan tersenyum kecut.
"Aku dari Jogja, di kampungku... Mmmm... Kami masih percaya yang begituan," jawab Dian pelan.
"Dian, kita ini mahasiswa, kita diajarkan untuk menggunakan logika, apa yang tak bisa kita lihat dan jelaskan dengan logika hanyalah isapan jempol belaka ya kan?" tanya Eki ke arah Dian sambil tersenyum.
Dian terdiam dan mengganggukkan kepalanya pelan.
Mungkin mereka benar, mana ada hantu.
"Dian, kita tahu kalau orang tua jaman dahulu terlalu kolot dalam mendidik," kata Dewi.
"Kita tak boleh membuka payung dalam rumah, pamali katanya. Kan emang iya? Buat apa pakai payung dalam rumah? Kan kita nggak bakalan kehujanan?" lanjut Dewi lagi.
"Selain itu, kita juga nggak boleh memotong kuku malam hari. Pamali. Jaman dulu, sebelum ada lampu listrik, kan emang gelap, mana keliatan kalau potong kuku? Tapi sekarang? Nggak masalah kan?" jelas Dewi panjang lebar yang disambut anggukkan kepala oleh rekan-rekannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
01. Gunung (End)
Horror(Horror) Jauh sebelum manusia merajai permukaan Bumi, ada segolongan mahluk lain yang menjadi penguasa di sini. Tuhan menciptakan dua mahluk yang mempunyai tugasnya masing-masing. Malaikat yang diciptakan dari cahaya dan Jin yang diciptakan dari api...