Part 17 - Sunrise

2.3K 130 16
                                    

"Makasih ya Wan?" kata Dicky kepadaku.

"Sama-sama Mas," jawabku pendek.

Aku hanya melihat ke arah Dewi yang sedang memegangi gelas kopi hangat dengan kedua tangannya ditemani oleh Dian.

"Semoga ini jadi pelajaran bagi kita semua," kataku pelan sambil menghisap rokokku.

Dicky dan Eki hanya menganggukkan kepalanya.

Aku kembali teringat peristiwa beberapa jam tadi. Setelah aku memanggil sosok kera putih untuk membantuku, hanya tinggal aku dan kuntilanak yang merasuki Dewi yang terisa.

Aku mengembalikan kendali tubuhku dan menginterogasi Kuntilanak itu dan apa maunya.

Ternyata, semua ini berawal dari kelakuan Dewi yang membuang pembalut kotornya di camp mawar awal malam tadi.

Barang kotor yang tanpa sengaja mengenai rumah milik si Kuntilanak.

Aku tak bisa menyalahkan dia. Kalau lah aku di posisinya dan seseorang yang tak kukenal tiba-tiba melemparkan pembalut kotor ke rumahku, aku juga pasti akan marah.

Pada akhirnya, Kuntilanak itu keluar dari tubuh Dewi setelah kupaksa.

Aku bisa melihat kalau dia masih tak terima.

Hal itu wajar karena mereka memang mahluk pendendam luar biasa. Tapi selama aku berada bersama rombongan ini, setidaknya dia tak akan berani melakukan apa pun untuk sementara.

Saat kita berpisah nanti?

Saat mereka kembali ke Semarang nanti?

Semua ini bukan urusanku lagi.

Aku bukan pahlawan.

Aku juga tak bermimpi untuk mendekati gadis-gadis kuliahan yang cantik rupawan ini.

Siapatah aku?

Aku melakukan apa yang kubisa dan untuk saat ini saja.

Lagipula, aku sendiri juga muak dengan apa yang kumiliki.

Saat semua ini berakhir, aku berjanji akan membulatkan tekad dan akan membersihkan diri.

Ruqyah.

Jalan yang akan kutempuh untuk terlepas dari semua kegalauan yang menghantuiku saat ini.

Gusti Allah menciptakan manusia dan jin ke dalam dunia yang berbeda. Dan aku yakin Dia melakukan itu semua dengan semua keluasan ilmuNya.

Aku hanya ingin hidup normal, sama seperti orang-orang lainnya.

Tanpa perlu merasakan getaran-getaran aneh saat kemanapun aku berada.

Semua pengalaman yang kualami selama ini sudah lebih dari cukup untuk mengetahui bahwa ada dunia lain di luar sana yang penuh dengan rahasia yang tertutup oleh mata.

Jin itu ada.

Gusti Allah juga menerangkan dengan jelas dalam kitabNya.

Dan aku ingin agar pengetahuanku cukup sampai disana.

Aku tak ingin dan tak mau lagi bersinggungan dengan mereka.

Matahari bersinar cerah dan mulai memancarkan cahayanya di ufuk timur sana.

Aku menikmati sunrise pagi ini di puncak Ungaran sambil tersenyum kecil.

Jalanku memang berbeda.

Aku menaiki puncak gunung agar tahu kebesaran dan keagunganNya.

Aku mengarungi lautan agar menyadari betapa kecilnya kita di hadapanNya.

Aku bermain-main dengan dunia temaram agar tahu kebenaran kalamNya.

Aku menikmati minuman keras agar tahu betapa besar godaan dari laranganNya.

Aku mencoba melihat sekilas ke neraka agar tahu betapa besar kasihNya saat menciptakan surga.

Gusti.

Aku memohon ampun kepadaMu yang Maha Agung dan tunjukanlah jalan yang lurus bagi hambaMu yang penuh dosa ini.

Jalan orang-orang yang Engkau limpahkan rahmatMu atas mereka.

Dan bukan jalan mereka yang sesat dan Engkau murkai. Amin.

Selesai.

01. Gunung (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang